Sri Mulyani Yakin Ekonomi Indonesia Aman dari Gejolak Rusia-Ukraina
Menteri Keuangan Sri Mulyani yakin ekonomi Indonesia bisa tumbuh 4,5 persen hingga 5,2 persen di kuartal I 2022, meski ada gejolak Rusia-Ukraina.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemulihan ekonomi domestik tetap terjaga ditopang oleh meredanya Covid-19 dan diikuti pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat yang mendorong peningkatan aktivitas ekonomi.
Karena itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani yakin ekonomi Indonesia bisa tumbuh 4,5 persen hingga 5,2 persen di kuartal I 2022, meski ada gejolak Rusia-Ukraina.
"Pertumbuhan ekonomi diprakirakan tetap kuat didukung oleh perbaikan konsumsi rumah tangga dan investasi serta tetap didukung konsumsi Pemerintah," ujarnya dalam konferensi pers KSSK, Rabu (13/4/2022).
Baca juga: Inflasi Tinggi Gerogoti Ekonomi AS, Ekonom Prediksi Dampak Terhadap Perekonomian Indonesia
Sementara, pemulihan ekonomi global mengalami tekanan sehingga diperkirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, disertai volatilitas pasar keuangan yang meningkat, seiring dengan eskalasi perang Rusia-Ukraina.
Ekspektasi positif terhadap pemulihan ekonomi global seiring dengan meredanya Covid-19 tertahan oleh eskalasi perang Rusia-Ukraina sejak 24 Februari 2022.
Sri Mulyani menjelaskan, pengenaan sanksi berbagai negara terhadap Rusia di tengah masih terjadinya gangguan rantai pasok menekan volume perdagangan dan prospek pertumbuhan ekonomi global.
"Perang Rusia-Ukraina tersebut juga telah memicu kenaikan harga komoditas global secara signifikan terutama energi, pangan, dan logam yang berdampak pada meningkatnya inflasi global," katanya.
Menurut Sri Mulyani, perang Rusia-Ukraina serta percepatan normalisasi kebijakan moneter negara maju meningkatkan ketidakpastian pasar keuangan global.
Baca juga: Sri Lanka Umumkan Default Usai Gagal Bayar Utang Senilai Rp 732 Triliun
Hal tersebut menekan aliran modal pada emerging markets (EMs) sejalan dengan terjadinya realokasi pada aset yang dianggap aman (safe haven assets).
Dia menambahkan, kinerja ekspor diperkirakan tetap baik, meskipun berisiko lebih rendah akibat tertahannya aktivitas perdagangan global akibat perang Rusia-Ukraina.
"Sejumlah indikator ekonomi hingga awal Maret 2022 tercatat tetap baik, seperti indeks keyakinan konsumen, penjualan eceran, kendaraan bermotor dan semen, serta konsumsi listrik," pungkasnya.