Konflik Ukraina Berlanjut, Harga Pangan Global Melonjak, Uni Eropa Dihantui Krisis Pangan
perang telah mengganggu produksi pangan, karena Rusia telah melarang ekspor biji-bijian, dan panen di Ukraina menjadi tidak pasti
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Sanusi
Lenartic mengungkapkan UE bersama dengan PBB akan bekerja sama untuk mengatasi krisis pangan dan memberikan bantuan kemanusiaan ke daerah-daerah yang rentan.
Baca juga: Zelenskyy: Dunia Harus Beri Sanksi Rusia Soal Upaya Pendudukan Rubel di Ukraina Selatan
Pekan lalu, anggota Parlemen Eropa juga meminta UE untuk meningkatkan produksi dalam negerinya dan mendukung negara-negara di luar Eropa yang menghadapi kekurangan pangan karena perang di Ukraina.
Pekka Pesonen menambahkan, UE perlu belajar dari masa lalu dan menjadi lebih tangguh saat menghadapi krisis pangan. Dia juga menjelaskan bagaimana Eropa mengatasi kekurangan pangan di masa lalu yang terjadi di Finlandia.
Baca juga: Orang Terkaya Ukraina Bersumpah Bangun Kembali Negaranya yang Hancur karena Rusia
“Sekitar 100 tahun yang lalu, Finlandia adalah bagian dari Kekaisaran Rusia. Dan kemudian karena kesulitan politik dan perang revolusioner di Rusia, perbatasan kami ditutup. Artinya, terutama di bagian selatan negara itu, kami sebenarnya kekurangan makanan. Pengalaman itu telah memicu kemauan politik untuk memastikan negara-negara anggota UE benar-benar mengerjakan apa yang mereka sebut rencana kesiapsiagaan, di mana dalam segala jenis krisis, baik politik, militer atau bahkan alam, kita harus memastikan bahwa penduduk diberi makan dengan baik dan kita memiliki persediaan yang stabil.” tambahnya.
Harga Pupuk Melonjak, Dunia Dibayangi Krisis Pangan dan Gizi
Perang Rusia dan Ukraina tak hanya memicu krisis di antara kedua negara tersebut, namun juga menghadirkan ancaman baru bagi pasokan pangan dunia.
Hal ini terjadi lantaran adanya penangguhan atau moratorium pada komoditas pupuk ammonia, dimana pupuk tersebut merupakan senyawa utama yang digunakan para petani dunia untuk meningkatkan hasil produksi pertaniannya.
Ketegangan antara Rusia dan Ukraina telah mendorong keduanya untuk membanting kemampuan berdagang. Bahkan keseriusan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam menginvasi Ukraina membuat pihaknya menangguhkan semua kegiatan ekspor di Moscow termasuk perdagangan pupuk.
Ancaman inilah yang kemudian memicu hadirnya efek berantai hingga mengancam ketahanan pangan bagi populasi di seluruh dunia.
Baca juga: Crypto Twitter Bereaksi saat Pemerintah Rusia Meninjau Ulang RUU Soal Kripto
Organisasi penelitian Prancis CEPII, mencatat kehadiran Rusia dianggap sebagai pemeran utama dalam ekspor pupuk dunia, terbukti dalam sepanjang tahun 2020 lalu, penjualan pupuk Rusia tembus hingga 7,6 miliar dolar AS.
Namun karena Rusia menangguhkan ekspor komoditas pupuknya, membuat dunia mengalami pengetatan pasokan hingga memicu adanya lonjakan harga pupuk yang lebih tinggi.
Melansir data Green Markets Amerika Utara yang dikutip dari Businessinsider, saat ini semua biaya pupuk termasuk urea, kalium, dan diammonium fosfat terpantau melonjak sebesar 42 persen, lonjakan ini mulai terjadi ketika Rusia menginvasi Ukraina pada akhir Februari kemarin.
Bahkan sebelum adanya invasi harga pupuk telah merangkak naik sekitar 260 persen. Kenaikan tersebut yang kemudian membuat pasokan pupuk global di masa depan menjadi tegang.
Daya Beli Turun