Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

SKK Migas: Harga Minyak Dunia Diprediksi 100 Dolar AS Per Barel Sampai 2023

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto memaparkan tingginya harga minyak mentah ini karena dampak dari perang Rusia-Ukraina.

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in SKK Migas: Harga Minyak Dunia Diprediksi 100 Dolar AS Per Barel Sampai 2023
Tribunnews.com/Dennis Destryawan
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat konferensi pers Kinerja SKK Migas Kuartal I 2022, Jumat (22/4/2022). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memprediksi harga minyak mentah hingga 2023 masih berkisar 100 dolar AS per barel.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto memaparkan tingginya harga minyak mentah ini karena dampak dari perang Rusia-Ukraina. Kemudian, terkendalinya pandemi Covid-19 akan membuat traveling mengalami peningkatan.

"Ini akan mempengaruhi demand. Di satu sisi suplai terganggu dengan krisis (konflik Ukraina-Rusia) tersebut," ujar Dwi saat konferensi pers secara virtual, Jumat (22/4/2022).

Baca juga: Meski Harga Minyak Mentah Tinggi, Para Investor Lebih Butuh Revisi UU Migas

Sehingga, menurut Dwi, harga diperkirakan masih akan cukup tinggi dalam satu tahun dua tahun ke depan.

"Paling tidak 2022-2023 diperkirakan 100 USD per barel," ucap Dwi.

Dari data SKK Migas, lanjut Dwi, harga minyak mentah Brent pada Maret 2022 mencapai 112,46 dolar AS per barel. Angka tertinggi tercatat pada 8 Maret 2022 sebesar 127,98 dolar AS per barel.

Berita Rekomendasi

Sedangkan, asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 ditetapkan 63 dolar AS per barel.

Baca juga: Jual Minyak Mentah ke Negara Sahabat, Rusia Siapkan Harga Khusus

Lalu, harga gas alam cair (LNG). Harga gas global kini juga mengalami peningkatan hingga di atas 25 dolar AS per juta British thermal unit (MMBTU).

"Untuk jangka panjang, diperkirakan harga gas Asia masih mendekati 10 dolar AS per MMBTU, lebih tinggi dari Eropa dan US," kata Dwi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas