OJK Yakin Potensi Krisis Ekonomi di Indonesia Bisa Dikendalikan
Perang Rusia-Ukraina yang belum jelas kapan berakhirnya telah berakibat naiknya harga energi dan sejumlah komoditas.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ancaman krisis ekonomi telah mengintai dunia.
Perang Rusia-Ukraina yang belum jelas kapan berakhirnya telah berakibat naiknya harga energi dan sejumlah komoditas.
Inflasi pun telah terjadi di mana-mana, di negara-negara maju inflasi telah terjadi seperti di Amerika Serikat telah mencapai 8 persen, Jepang lebih dari 9 persen dan China 8 persen lebih.
Namun di tengah ancaman krisis tersebut, Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Satoso masih optimistis Indonesia masih bisa mengendalikan dan terhindar dari krisis.
Baca juga: Jutaan Warga Mudik Lebaran, OK Bank Ajak Masyarakat Geliatkan Ekonomi Daerah
Wimboh mengatakan inflasi di Indonesia masih lebih kecil yaitu 2,64 persen, harga-harga meski naik namun masih cukup terkendali.
"Di Indonesia potensi krisisnya masih bisa dikendalikan," kata Wimboh saat Focus Group Discussion (FGD) Redaktur di Jakarta, Senin (25/4/2022).
Wimboh menyebutkan, naiknya harga sejumlah komoditas justru membuat penghasilan dari ekspor naik drastis seperti ekspor batubara dan curde palm oil (CPO).
Selain itu strategi lain yang akan dilakukan adalah dengan terus meningkatkan tenaga kerja.
Dengan semakin banyaknya tenaga kerja yang terserap di dala negeri, perekonomian pun diharapkan akan tumbuh.
Baca juga: Inflasi AS Naik dan Tertinggi Sejak 1981, Ini Dampaknya ke Pasar Modal dan Perekonomian Indonesia
Menurutnya perkembangan ekonomi nasional pada 2022 ini bisa tumbuh 5 persen lebih, apalagi pandemi Covid-19, telah terkendali.
Peringatan IMF
Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan kawasan Asia sedang menghadapi risiko stagflasi. Alasannya, perang Ukraina, lonjakan biaya komoditas dan perlambatan di China telah menciptakan ketidakpastian yang signifikan.
Anne-Marie Gulde-Wolf, penjabat direktur IMF Asia dan Pasifik Departemen, mengatakan ekonomi kawasan akan terpengaruh oleh krisis melalui harga komoditas yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang lebih lambat di mitra dagang Eropa, seiring perdagangan Asia dan eksposur keuangan ke Rusia dan Ukraina terbatas.
Baca juga: Konflik Rusia Vs Ukraina, Inflasi Mulai Membayangi, Apa Dampaknya untuk Pemulihan Ekonomi RI?
Selain itu, dia mencatat inflasi di Asia juga mulai meningkat pada saat perlambatan ekonomi China menambah tekanan pada pertumbuhan regional.