IHSG Anjlok Usai Libur Lebaran, Ini Sejumlah Penyebabnya
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada awal perdagangan setelah libur Lebaran, Senin (9/5/2022) dibuka berada di zona merah.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Muhammad Zulfikar
Saham-saham dengan penjualan bersih terbesar asing adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 1,3 triliun, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 690,7 miliar, dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) Rp 284,8 miliar.
Saham-saham dengan pembelian bersih terbesar asing adalah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Rp 160,6 miliar, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) Rp 132,5 miliar, dan PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) Rp 57,2 miliar.
Baca juga: Laju IHSG Merosot 2,62 Persen di Hari Pertama Masuk Kerja
IHSG Terjun dari Level 7.000
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tumbang pada perdagangan perdana setelah libur panjang sebagai respons kebijakan Federal Reserve yang menaikkan suku bunga acuan 50 bps pekan lalu. Pada perdagangan Senin (9/5), IHSG terjun 4,42% atau 319,16 poin ke 6.909,75.
Adapun total volume transaksi bursa mencapai 23,42 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 23,63 triliun. Sementara, investor asing mencatat net sell Rp 2,47 triliun di seluruh pasar.
Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana tekanan IHSG berasal dari efek kenaikan suku bunga The Fed dan antisipasi lonjakan kasus Covid-19 pasca mudik lebaran. Selain itu, dia menilai pasar masih menantikan respons Bank Indonesia (BI) terkait kebijakan The Fed.
Menurut Wawan, pelaku pasar ekspektasi bahwa BI akan menaikkan tingkat suku bunga antara 25 bps sampai 50 bps. Ditambah, Badan Pusat Statistik mencatatkan inflasi pada April 2022 mencapai 0,95% secara bulanan (mom) atau 3,47% secara tahunan (yoy).
"Dengan inflasi di atas 3% dan The Fed 1% ekspektasi BI akan menaikkan suku bunga menjadi sangat besar, pasar akan antisipasi hal ini dulu. Justru saat suku bunga naik nanti bisa mendorong investor masuk lagi setelah ada kepastian, saat ini masih menerka berapa kenaikannya," papar Wawan saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (9/5).
Adapun inflasi pada April 2022 yang sebesar 0,95% adalah inflasi tertinggi sejak Januari 2017. Kala itu, inflasi tercatat 0,97%. Sedangkan, secara tahunan, inflasi April ini yang sebesar 3,47% merupakan angka tertinggi sejak Agustus 2019, yang mana saat itu terjadi inflasi sebesar 3,49%.
Senada, Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova menjelaskan pelemahan yang terjadi pada IHSG lebih kepada respons pelaku pasar atas kenaikan suku bunga The Fed. Hal ini juga, juga sejalan dengan pelemahan pasar saham di kawasan Asia.
"Pergerakan IHSG, hari ini memang reaksi pasar terhadap keputusan The Fed dan pasar saham Asia pun serempak melemah," kata Ivan kepada Kontan.co.id, Senin (9/5).
Meski begitu, Ivan menilai dalam waktu dekat IHSG masih ada kemungkinan terjadi technical rebound setelah koreksi yang agresif ini dan kembali ke atas level 7.000. Namun, untuk jangka menengah pelaku pasar masih akan melihat seberapa efektif dampak atas kebijakan The Fed untuk mengendalikan inflasi.