Imbas Perang di Ukraina, Perusahaan Jasa Angkutan Laut Fokus Terhadap Kebutuhan Komoditas Batubara
PT Pelita Samudera Shipping Tbk (PSSI) menyatakan, kebutuhan terhadap komoditas batubara meningkat imbas perang di Ukraina.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perusahaan jasa angkutan laut, PT Pelita Samudera Shipping Tbk (PSSI) menyatakan, kebutuhan terhadap komoditas batubara meningkat imbas perang di Ukraina.
Direktur Pelita Samudera Shipping Harry Tjhen mengatakan, karena itu, perusahaan tetap menjadikan batubara sebagai fokus utama tahun ini.
"Kami bertekad maksimalkan aset-aset ini, sehingga tidak harus beralih ke nikel. Kita masuk ke industri yang lebih optimal tahun ini," ujarnya saat public expose di kawasan Sudirman, Jakarta, Kamis (12/5/2022).
Baca juga: Harga Komoditas Melonjak, Laba Bersih PSSI Naik 289 Persen di Kuartal I 2022
Lebih lanjut, menurutnya sanksi terhadap Rusia akibat invasi ke Ukraina berdampak terhadap potensi kenaikan harga, karena Negeri Beruang Merah merupakan eksportir batubara nomor 3 terbesar dunia.
"Banyak negara Eropa dan Jepang boikot Rusia, tidak boleh jual batubara. Tentunya harga angkutan meningkat, karena supply dan demand tidak seimbang, termasuk di Indonesia," kata Harry.
Di tempat sama, Direktur Utama Pelita Samudera Shipping Iriawan Ibarat menambahkan, perusahaan melirik investasi penambahan armada kapal angkutan baru, demi memaksimalkan potensi naiknya harga komoditas saat ini.
"Perang di Ukraina kerek harga aset sekarang, sehingga divestasi kapal di kuartal I akan diganti dengan investasi baru," tutur dia.
Baca juga: India Aktifkan Lagi 100 Tambang Batubara yang Terbengkalai untuk Atasi Krisis Listrik
Adapun perusahaan melakukan divestasi empat unit aset, yakni 1 unit kapal curah besar, 2 unit tongkang, dan 1 unit kapal tunda di kuartal I 2022, yang menghasilkan keuntungan 3,4 juta dolar Amerika Serikat (AS).
"Dengan balance sheet kuat dan besarnya kas serta setara kas hampir 20 persen hingga 25 persen dari market cap, perusahaan merencanakan penambahan di kuartal III dan kuartal IV, sambil lihat keadaan makro ekonomi dan permintaan untuk menambah armada. Dengan fluktuasi harga komoditas dan keadaan makro, perusahaan butuh waktu mengkaji akuisisi untuk pengembangan ke depan," pungkas Iriawan.