Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

BBM di Sri Lanka Habis Total, Ratusan Becak Motor Terancam Tak Dapat Beroperasi

Ratusan kendaraan di Sri Lanka kini terancam tak dapat beroperasi, lantaran pasokan bahan bakar minyak (BBM) di negara itu telah habis total.

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Sanusi
zoom-in BBM di Sri Lanka Habis Total, Ratusan Becak Motor Terancam Tak Dapat Beroperasi
AFP/ISHARA S. KODIKARA
Pengendara mengantre untuk membeli bahan bakar di stasiun bahan bakar Ceylon Petroleum Corporation di Kolombo pada 2 Mei 2022. - Pemogokan oleh pemilik tanker bahan bakar selama akhir pekan memperbaharui antrean panjang di Sri Lanka untuk solar dan bensin pada 2 Mei karena pompa kering, peracikan krisis ekonomi dan energi negara kepulauan itu. (Photo by ISHARA S. KODIKARA / AFP) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, KOLOMBO – Ratusan kendaraan di Sri Lanka kini terancam tak dapat beroperasi, lantaran pasokan bahan bakar minyak (BBM) di negara itu telah habis total.

Melalui pengumuman resmi yang disampaikan Perdana Menteri baru Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe menjelaskan bahwa negaranya kini telah kehabisan stok cadangan BBM imbas dari kurangnya devisa negara.

“Kami kehabisan bensin. Saat ini, kami hanya memiliki stok bensin untuk satu hari,” kata Ranil Wickremesinghe pada hari Senin dalam pidatonya yang dilansir Aljazeera.

Baca juga: Gagal Bayar Utang, Sri Lanka Bakal Jual Saham Maskapai Nasional

Kelangkaan ini mulai dirasakan masyarakat Sri Lanka setelah pemerintah gagal mengumpulkan 75 juta dolar AS, guna membayarakan impor minyak yang dikirim menggunakan tiga kapal asing.

Hal inilah yang membuat kapal-kapal pengangkut BBM tersebut terpaksa menunggu Sri Lanka melakukan pelunasan pembayaran di luar pelabuhan Kolombo, sebelum mereka menurunkan muatan.

Kegagalan pemerintah Sri Lanka tersebut membuat ratusan kendaraan seperti becak motor hingga taxi umum memenuhi pom bensin diberbagai sudut kota, hanya untuk mendapatkan bahan bakar bensin. Antrean tersebut diketahui mulai terjadi sejak Senin pagi (16/5/2022).

Berita Rekomendasi

"Saya telah mengantre selama lebih dari enam jam. Kami menghabiskan hampir enam sampai tujuh jam di antrean hanya untuk mendapatkan bensin,” kata seorang pengemudi, Mohammad Ali.

Kurangnya cadangan devisa yang kronis telah menyebabkan inflasi dan krisis hebat pada Sri Lanka, sejak kemerdekaannya pada 1948. Kekecewaan masyarakat Sri Lanka bahkan menyebabkan ribuan orang turun ke jalan menggelar aksi protes.

Meski tengah menghadapi masa sulit, Wickremesinghe mengimbau agar warga negaranya bisa sabar menunggu pemulihan cadangan minyak dalam beberapa bulan kedepan.

Bajaj mengantre untuk mengisi tangki di luar stasiun bahan bakar Ceylon Petroleum Corporation setelah pihak berwenang melonggarkan jam malam yang sedang berlangsung selama beberapa jam di Kolombo pada 12 Mei 2022. - Negara berpenduduk 22 juta orang itu berada dalam krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaan dengan parah kekurangan makanan, bahan bakar dan obat-obatan dan pemadaman listrik yang lama. (Photo by ISHARA S. KODIKARA / AFP)
Bajaj mengantre untuk mengisi tangki di luar stasiun bahan bakar Ceylon Petroleum Corporation setelah pihak berwenang melonggarkan jam malam yang sedang berlangsung selama beberapa jam di Kolombo pada 12 Mei 2022. - Negara berpenduduk 22 juta orang itu berada dalam krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaan dengan parah kekurangan makanan, bahan bakar dan obat-obatan dan pemadaman listrik yang lama. (Photo by ISHARA S. KODIKARA / AFP) (AFP/ISHARA S. KODIKARA)

Diketahui, saat ini Wickremesinghe beserta para menteri dan pejabat tinggi Sri Lanka sedang melakukan negosiasi dengan Dana Moneter Internasional untuk menggalang bantuan keuangan. Langkah ini diambil Wickremesinghe demi mengembalikan kondisi ekonomi Sri Lanka seperti sedia kala.

Hanya Cukup untuk 1 Hari

Perdana Menteri baru Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe mengatakan negara itu kehabisan bensin karena menghadapi krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaan pada 1948.

Dalam pidato yang disiarkan televisi, Ranil Wickremesinghe mengatakan Kolombo sangat membutuhkan $75 juta (£60,8 juta) mata uang asing dalam beberapa hari ke depan untuk membayar impor penting.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas