Hanya Jualan Produk Non Subsidi, Bisnis Pertashop Terancam Mati Suri, Ini Respon Pertamina
Hal tersebut terjadi karena selisih harga antara Pertamax dengan Pertalite sekitar Rp5.000 per liter, sehingga berdampak terhadap bisnis Pertashop.
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bisnis Pertashop saat ini kian terancam dan dibayang-bayangi mengalami mati suri.
Hal tersebut terjadi karena selisih harga antara Pertamax dengan Pertalite sekitar Rp5.000 per liter, sehingga berdampak terhadap bisnis Pertashop.
Dengan adanya fenomena tersebut, lembaga penyalur resmi BBM nonsubsidi dari Pertamina ini semakin ditinggalkan pembeli yang lebih memilih BBM murah.
Sebagai informasi, Pertashop (Pertamina Shop) adalah outlet penjualan Pertamina berskala tertentu yang dipersiapkan untuk melayani kebutuhan konsumen BBM non subsidi, LPG non subsidi, dan produk ritel Pertamina lainnya dengan mengutamakan lokasi pelayanannya di desa atau di kota yang membutuhkan pelayanan produk ritel Pertamina.
Baca juga: Tidak Menaikkan Harga Pertamax, Pemerintah Dinilai Bakal Menguntungkan Pertamina
PT Pertamina (Persero) melalui Sub Holding Commercial & Trading yakni Pertamina Patra Niaga, langsung merespon hal tersebut.
Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting mengatakan, Perseroan tentunya tengah mengkaji adanya permasalahan tersebut guna menciptakan ekosistem yang baik bagi Pertashop.
Dirinya menyebut, menjulangnya harga jual produk-produk non subsidi di Pertamina tidak terlepas dari berbagai faktor eksternal. Mulai dari harga minyak dunia hingga kurs.
“Hal tersebut juga menjadi concern kami untuk menciptakan ekosistem yang mendukung kehadiran Pertashop,” papar Irto saat dihubungi Tribunnews, Jumat (10/6/2022).
Baca juga: Harga Pertalite dan Pertamax di SPBU Seluruh Indonesia Hari Ini Rabu, 18 Mei 2022
“Pertashop hadir sebagai outlet BBM Non Subsidi, sementara harga BBM Non Subsidi memang sangat dipengaruhi faktor eksternal termasuk harga minyak dunia dan kurs,” sambungnya.
Sebelumnya seperti dilansir Kompas, Anggota Komisi VII DPR RI Hendrik Sitompul meminta pemerintah segera merespons terancamnya bisnis Pertashop ini.
"Masalah Pertashop ini sangat serius. Tolong pemerintah merespons cepat," ujarnya, Kamis (9/6/2022).
Hendrik menuturkan usaha Pertashop banyak dikelola oleh masyarakat kecil. Mereka meminjam uang dari bank untuk membangun Pertashop.
Baca juga: SPBU Rest Area KM260 Brebes Batasi Pengendara Isi Pertalite dan Pertamax Turbo, Ini Alasannya
Mengutip penawaran kemitraan Pertamina, modal usaha untuk membangun Pertashop mulai dari Rp 250 juta hingga Rp 500 juta.
Ketika harga Pertamax naik, sementara harga Pertalite tidak mengalami perubahan, bisnis Pertashop goyah karena harus tetap membayar pinjaman bank di tengah situasi konsumsi Pertamax yang turun.
"Karena mati suri tidak mampu lagi membayar, akhirnya kredit macet, Pertashop disita oleh bank. Kami sangat prihatin karena mereka adalah orang-orang kurang mampu yang meminjam uang dari bank untuk membangun itu," ungkapnya.