Cegah Lonjakan Inflasi, The Fed Naikkan Suku Bunga Terbesar dalam Beberapa Dekade Terakhir
Pasar saham telah turun dalam beberapa pekan terakhir karena kekhawatiran tindakan suku bunga The Fed bahkan dapat mengarahkan ekonomi ke dalam resesi
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - The Federal Reserve (The Fed) meningkatkan upaya perlawanannya melawan inflasi pada Rabu kemarin, dengan mengumumkan kenaikan suku bunga terbesar dalam 28 tahun terakhir.
Bank sentral Amerika Serikat tengah berjuang untuk mendapatkan kembali kendali atas melonjaknya harga konsumen.
The Fed menaikkan suku bunga acuannya sebesar tiga perempat poin persentase kenaikan terbesar sejak 1994 silam.
Baca juga: Suku Bunga The Fed Naik, CORE: BI Harus Naikkan Suku Bunga Acuan
Itu mengikuti kenaikan seperempat poin pada Maret lalu dan lompatan setengah poin pada Mei 2022.
Dikutip dari laman www.npr.org, Kamis (16/6/2022), hingga beberapa hari lalu, mayoritas analis memprediksi kenaikan suku bunga setengah poin lagi pada minggu ini, sejalan dengan panduan The Fed sebelumnya.
Kendati demikian, pembuat kebijakan memilih langkah yang lebih agresif setelah sebuah laporan pada Jumat lalu menunjukkan inflasi lebih kuat dari yang diprediksi pada Mei lalu.
Harga konsumen pun naik 8,6 persen dari tahun lalu, kenaikan tersebut tidak hanya mencerminkan kenaikan biaya untuk bensin dan bahan makanan saja, namun juga untuk sewa, tiket pesawat serta berbagai layanan.
"Intinya adalah, sepertinya inflasi semakin mengakar, dan bagi banyak orang, saya pikir itu adalah game changer," kata Kepala Ekonom di Wells Fargo, Jay Bryson.
Kekhawatiran terkait resesi pun tumbuh
Dengan menaikkan suku bunga secara tajam, The Fed berharap dapat mengurangi permintaan konsumen yang telah membanjiri pasokan dan mendorong harga naik.
Biaya pinjaman yang lebih tinggi juga membebani pertumbuhan ekonomi.
Pasar saham telah turun dalam beberapa pekan terakhir karena kekhawatiran tindakan suku bunga The Fed bahkan dapat mengarahkan ekonomi ke dalam resesi.
Pejabat The Fed pada Rabu kemarin memproyeksikan ekonomi akan tumbuh hanya 1,7 persen pada tahun ini, turun dari tingkat pertumbuhan 2,8 persen yang mereka prediksi tiga bulan lalu.
Baca juga: Suku Bunga The Fed Naik, Pengamat: Bom Waktu Kredit Macet di RI
Pertumbuhan kemungkinan akan melambat lebih lanjut pada 2023, mempersempit kemungkinan apa yang disebut 'soft landing', di mana inflasi turun tanpa resesi.
"Saya pikir skenario terbaik, anda melihat periode pertumbuhan yang relatif lambat tahun depan," kata Bryson.
Pembuat kebijakan The Fed menaikkan perkiraan mereka untuk pengangguran pada tahun depan, dari 3,5 persen menjadi 3,9 persen.
Baca juga: Suku Bunga The Fed Naik, Anggota Komisi XI DPR Minta Bank Indonesia Tak Usah Latah
Akan ada lebih banyak kenaikan suku bunga
Kenaikan harga mulai berdampak pada penjualan ritel yang turun 0,3 persen pada Mei lalu.
Pengeluaran untuk furnitur, peralatan dan elektronik pun menurun bulan lalu, sementara orang Amerika menghabiskan lebih banyak untuk bensin dan bahan makanan.
Kenaikan suku bunga tambahan diprediksi akan terjadi dalam beberapa bulan mendatang.
Rata-rata, pembuat kebijakan The Fed mengatakan mereka memperkirakan suku bunga akan naik menjadi sekitar 3,4 persen pada akhir tahun ini, naik dari 1,9 persen yang mereka proyeksikan pada Maret lalu.