Pengusaha Migas: Energi Fosil Masih akan Digunakan Dalam Jangka Panjang
Direktur Eksekutif IPA Marjolijn Wajong mengatakan, untuk di Indonesia, energi yang bersumber dari fosil masih sangat diperlukan.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Muhammad Zulfikar
Topik tersebut membahas tentang bagaimana Indonesia bisa mencapai target produksi migas sebanyak-banyaknya untuk ketahanan energi bangsa dan negara.
Namun di sisi lain perusahaan dan Pemerintah memiliki kewajiban untuk menyikapi adanya isu perubahan iklim, alias climate change.
Salah satu sesi Plenary IPA Convex, akan membahas secara spesifik terkait peran Carbon Capture and Storage/Carbon Capture, Utilization and Storage (CCS/CCUS) dalam memenuhi target Indonesia dalam Net Zero Emission (NZE).
Diketahui, Pemerintah Indonesia terus berusaha meningkatkan produksi migas demi memenuhi kebutuhan domestik. Di sisi lain, upaya untuk mengurangi emisi menuju NZE tahun 2060 juga terus dilakukan.
Baca juga: Tinjau Ketersediaan BBM di Riau, BPH Migas Pastikan Stok Aman
Untuk mencapai keseimbangan kedua hal tersebut, pemanfaatan teknologi pengurangan emisi seperti CCS/CCUS bisa menjadi solusi, mengingat CCUS mampu meningkatkan produksi migas sekaligus mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) secara signifikan.
“Kita tidak bisa mempertahankan (pola produksi) energi fosil dengan tingkat kekotoran seperti yang lalu. Jadi di masa transisi seperti sekarang ini, dibutuhkan oil and gas tapi harus lebih bersih,” pungkas Marjolijn.