Prediksi IHSG Hari Ini, Berikut Saham-saham yang Bisa Jadi Penggeraknya
Valdy Kurniawan mengatakan sebagian besar juga telah merilis kinerja keuangan Kuartal II-2022, dengan demikian katalis positif
Editor: Hendra Gunawan
Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya menambahkan, hadirnya GOTO dengan market cap jumbo membuat IHSG semakin volatile. Sebab, pergerakan yang terjadi di GOTO terutama di masa awal IPO begitu terasa imbasnya ke IHSG.
Baca juga: 10 Indeks Sektoral Seret IHSG Terperosok di Zona Merah, Anjlok 1,15 Persen ke 6.640
"Sekarang pengaruh perbankan tidak sebesar dulu karena turut dipengaruhi juga dengan GOTO. Sehingga IHSG makin merefleksikan pergerakan saham big caps, tidak hanya perbankan," ujar Cheryl.
Adapun dalam beberapa waktu terakhir, bursa saham secara global cenderung volatile diterpa berbagai sentimen ketidakpastian ekonomi. Akibatnya, harga saham juga bergerak semakin fluktuatif.
Cheryl meyakini, kondisi itu hanya akan terjadi sementara saja. "Secara kinerja pun mayoritas yang sudah rilis kinerja keuangan menunjukkan perbaikan, sehingga secara fundamental masih baik," imbuhnya.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus juga menyoroti bahwa pergerakan bursa yang dinamis menandakan kondisi pasar yang sehat. "Tinggal bagaimana kita sebagai pelaku pasar mampu menunggangi volatilitas tersebut mendapatkan keuntungan," sebut Nico.
Daya tarik emiten, sentimen pasar, dan data ekonomi akan menjadi faktor penggerak bursa. Hal terpenting, investor mesti mencermati fundamental dan potensi valuasi masing-masing emiten ke depannya.
Nico melihat saham seperti ARTO dan EMTK masih punya prospek yang terbilang cerah di tengah volatilitas pasar. Di samping dukungan ekosistem bisnis, kedua emiten tersebut juga memposisikan diri dengan cukup baik.
Misalnya, ARTO memposisikan sebagai leader di perbankan digital dan EMTK sebagai pelopor infrastruktur digital ekonomi. "Selama transformasi digital terjadi di Indonesia, di situ perannya masih dibutuhkan," ungkap Nico.
Selain itu, Nico juga menilai saham BBRI, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) masih menarik untuk dilirik investor.
Sementara itu, Cheryl menjagokan saham perbankan berkapitalisasi jumbo seperti BBCA, BBRI, dan BMRI. Di segmen bank digital, ada saham ARTO. Sedangkan di jajaran bank syariah menarik dilirik PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS).
"Hasil earning yang baik menjadi penopang kenaikan harga sahamnya. Kami rekomendasikan sektor perbankan big caps dengan target 10%," ungkap Cheryl.
Raditya juga memberikan rekomendasi buy terhadap BRIS dengan target penguatan ke harga Rp 1.970 hingga Rp 2.275. Selanjutnya, Raditya mengingatkan bahwa untuk investasi jangka panjang, penurunan harga yang terjadi pada saham big caps berfundamental apik bisa dilakukan koleksi dengan strategi buy on weakness.
Pintu masuknya bisa mencermati area target koreksi ARTO pada harga Rp 9.425 hingga Rp 8.150, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) di area di Rp 4.200, serta Rp 1.670 sebagai target koreksi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).
Sedangkan bagi Pandhu, saham big caps di sektor perbankan dan komoditas masih menarik untuk dikoleksi. Pilihan utama Pandhu jatuh kepada saham BBRI, BMRI, BBNI, ADRO, ASII dan UNTR. (Kontan/Yuliana Hema/Anna Suci Perwitasari/Ridwan Nanda Mulyana/Wahyu T.Rahmawati)