Presiden Jokowi: Negara Cepat Akan Mengalahkan Negara Lambat, Bukan soal Kaya Atau Miskin
Presiden RI Joko Widodo mengatakan, kekuatan ekonomi tidak bisa dilihat dari besarnya negara tetapi terkait daya saing.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden RI Joko Widodo mengatakan, kekuatan ekonomi tidak bisa dilihat dari besarnya negara tetapi terkait daya saing.
Hal ini terlihat dengan runtuhnya ekonomi negara-negara besar di Eropa dan Amerika Serikat (AS) akibat perubahan geopolitik internasional.
“Di masa depan, bukan negara besar mengalahkan negara kecil, negara kaya mengalahkan negara miskin, tetapi negara cepat akan mengalahkan negara yang lambat,” kata Jokowi dilansir dari laman twitter pribadinya, Sabtu (6/8/2022).
Baca juga: Ketua Banggar DPR: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II 2022 Modal Penting Hadapi Tekanan Eksternal
Kepala negara menjelaskan, setidaknya terdapat tiga pondasi untuk Indonesia agar bisa bersaing di masa depan.
Ketiga pondasi tersebut yakni, infrastruktur, hilirisasi dan industrialisasi serta digitalisasi yang dapat membuat RI terhindar dari resesi atau krisis ekonomi.
“Tiga fondasi Indonesia untuk bersaing di masa depan itu: infrastruktur, hilirisasi dan industrialisasi, serta digitalisasi,” ujarnya.
Menurut Presiden, ketersediaan infrastruktur menjadi modal Indonesia meningkat menjadi negara maju, dan tidak terperangkap sebagai negara berkembang saja.
“Infrastruktur yang kita bangun saat ini, hasilnya mungkin baru akan terasa 5 atau 10 tahun yang akan datang. Dalam tujuh tahun ini, kita telah menambah 2.042 km jalan tol, 5.500 km jalan bukan tol, 16 bandara baru, 18 pelabuhan baru, 38 bendungan baru, hingga irigasi 1,1 juta ha,” jelas Jokowi.
Baca juga: Menko Airlangga: Pemerintah Optimis Pertumbuhan Ekonomi Tahun Ini 5,2 Persen
Indeks daya saing Indonesia terus merangkak naik dan bersaing dengan negara-negara lain.
Selain infrastruktur, Jokowi juga menekankan kemajuan satu negara juga ada pada hilirisasi dan industrialisasi.
Sejauh ini, kata Jokowi ekspor nikel Indonesia ke negara luar sudah mencapai Rp 300 triliun, artinya industrialisasi sangat penting bagi satu negara.
“Hilirisasi dan industrialisasi, mulai kita laksanakan dan untung besar. Anda tahu, nilai ekspor nikel dalam bentuk bahan mentah pada 2014 hanya Rp. 15 triliun. Begitu ekspor bahan mentah kita hentikan di tahun 2017, nilai ekspor nikel kita 2021 mencapai lebih Rp 300 triliun,” ungkapnya.
Lebih jauh Presiden Jokowi mengatakan, Indonesia adalah salah satu pemain utama di sektor teknologi dan digital di Asia Tenggara.
"Ini seiring sejalan dengan meningkatnya orang Indonesia yang memakai internet dan ponsel pintar," imbuhnya.
Data Kementerian Komunikasi dan Informatika, ada 167 juta orang Indonesia, atau sekitar 89 persen dari total penduduk, yang memakai ponsel pintar.
Besarnya jumlah pemakai internet dan ponsel pintar ini semakin mengakselerasi pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia.
Akhir 2020 silam, Google, Temasek, dan Bain & Company menyebut nilai ekonomi digital di Indonesia mencapai 44 miliar dolar, dengan 32 miliar dolar di antaranya berasal dari sektor e-commerce.
“Ada 65,4 juta UMKM di Indonesia yang berkontribusi pada 61 persen ekonomi kita. Jika hilirisasi dan industrialisasi tersebut dilakukan secara konsisten, saya yakin, PDB/GDP ekonomi Indonesia kini 1,2-1,3 triliun dolar AS menjadi di atas 3 triliun dolar AS,” pungkasnya