Pertumbuhan Ekonomi China Melambat, Imbas dari Kebijakan Covid yang Menyeret Penjualan dan Industri
Pertumbuhan ekonomi China melambat pada bulan Juli, dikarenakan adanya kebijakan nol-Covid yang turut menyeret penjualan ritel hingga output industri
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Pertumbuhan ekonomi China melambat pada bulan Juli, dikarenakan adanya kebijakan nol-Covid yang turut menyeret penjualan ritel hingga output industri.
Dikutip dari Aljazeera, Selasa (16/8/2022) Biro Statistik Nasional (NBS) China mengungkapkan bahwa penjualan ritel dan output industri di bulan Juli masing-masing tumbuh 2,7 persen dan 3,8 persen, dibandingkan dengan tahun lalu.
Sementara untuk bulan Juni, penjualan ritel dan output industri masing-masing tumbuh 3,1 persen dan 3,9 persen.
Investasi aset tetap, yang mengacu pada pengeluaran untuk bangunan, properti dan mesin, juga berada di bawah ekspektasi, tumbuh 5,7 persen dalam tujuh bulan pertama tahun ini.
Baca juga: Bank Sentral China Pangkas Suku Bunga 10 Bps untuk Hidupkan Kembali Permintaan Kredit Penduduknya
Tingkat pengangguran nasional sedikit meningkat menjadi 5,4 persen pada bulan Juli, turun 0,1 persen dari Juni. Sedangkan pengangguran kaum muda mencapai rekor tertinggi 19,9 persen.
Sementara itu, Produk Domestik Bruto (PDB) China tumbuh hanya 0,4 persen per tahun dari April hingga Juni, imbas dari penguncian ketat terkait dengan Covid-19.
“Laju pemulihan pada bulan Juni tidak akan berkelanjutan, mengingat mereka memperkenalkan langkah-langkah pencegahan virus di beberapa daerah termasuk Hainan dan kemerosotan sektor perumahan yang semakin memburuk,” kata Carlos Casanova, ekonom senior untuk Asia di UBP di Hong Kong.
Di sisi lain, ekonomi China secara luas diperkirakan akan kehilangan target pertumbuhan resminya sekitar 5,5 persen untuk tahun ini, meskipun ada upaya oleh pembuat kebijakan untuk menopang pertumbuhan dengan rencana stimulus 33 poin yang memotong pajak, mendorong pengeluaran infrastruktur, dan pembayaran jaminan sosial yang ditangguhkan.
Pada hari Senin (16/8), Bank Rakyat China secara tak terduga menurunkan suku bunga pada fasilitas pinjaman utama untuk kedua kalinya tahun ini.
Langkah itu dilakukan sebagai upaya terbaru bank sentral untuk menopang pertumbuhan yang lesu.