Dibayangi Resesi Ekonomi, Harga Minyak Dunia Anjlok ke Level 94,84 Dolar AS Per Barel
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman di Oktober turun 80 sen, atau 0,8 persen, menjadi 94,84 dolar AS per barel pada perdagangan 0626 GMT.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Kondisi ekonomi global yang terus mengalami kemunduran, telah menekan harga minyak mentah hingga anjlok ke level terendah atau di bawah 100 dolar AS per barel pada perdagangan Rabu (31/8/2022).
Menurut pantauan Reuters, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman di Oktober turun 80 sen, atau 0,8 persen, menjadi 94,84 dolar AS per barel pada perdagangan 0626 GMT.
Penurunan serupa juga terjadi pada minyak mentah berjangka Amerika yaitu West Texas Intermediate (WTI) AS yang anjlok 85 sen, atau 1 persen, menjadi 88,70 dolar AS per barel.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Turun Lebih dari 2 % , Lockdown di China Turut Jadi Penyebabnya
Turunnya harga minyak sendiri dipicu oleh sikap agresif The Fed yang menaikan suku bunga acuan ke level tertinggi dengan tujuan untuk menekan laju inflasi di AS menjadi 2 persen.
Namun, tindakan hawkish tersebut justru telah mendorong munculnya ancaman resesi atau perlambatan ekonomi, hingga membuat permintaan minyak melemah dan harga anjlok.
"Tumbuhnya kekhawatiran atas melemahnya permintaan bahan bakar karena kenaikan suku bunga agresif oleh bank sentral AS dan Eropa melebihi kekhawatiran atas pasokan global yang ketat," kata Hiroyuki Kikukawa, manajer umum penelitian di Nissan Securities.
Tak hanya itu, anjloknya harga minyak mentah dunia juga disebabkan oleh adanya pembatasan wilayah di sejumlah pusat perdagangan di kota China salah satunya kota Shenzhen, akibat melonjaknya kasus positif Covid -19.
Baca juga: Staf Khusus Menkeu : Sepanjang Harga Minyak Dunia di Level 100 Dolar AS Per Barel, Kami Sanggup
Imbas diberlakukannya aturan tersebut aktivitas di pabrik-pabrik Tiongkok mengalami penurunan pendapatan.
Alasan inilah yang membuat mereka mulai mengurangi permintaan minyak di tengah melonjaknya pasokan minyak Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan kilang minyak AS.
Dimana produksi minyak OPEC dalam satu bulan terakhir telah melonjak mencapai 29,6 juta barel per hari (bph), sementara produksi AS naik menjadi 11,82 juta bph pada Juni, tertinggi sejak April 2022.