Cegah Krisis Likuiditas, Perbankan di Singapura Kompak Naikkan Suku Bunga Deposito
Perbankan besar di Singapura nantinya akan mempromosikan bunga tetap sebesar 2,6 persen untuk deposito berjangka 12 bulan.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA – Di tengah ancaman inflasi, sejumlah perbankan di Singapura akan menaikkan bunga simpanan dan deposito agar masyarakat menyimpan dananya di bank.
Perbankan besar di Singapura nantinya akan mempromosikan bunga tetap sebesar 2,6 persen untuk deposito berjangka 12 bulan, dan bunga tetap senilai 2,7 persen untuk dengan jangka waktu 24 bulan.
Untuk mendapatkan bunga deposito ini, nantinya para nasabah akan diwajibkan untuk memarkirkan dana minimal sebesar 20 ribu dolar Singapura.
Baca juga: Simpanan Nasabah di Bank Umum Mencapai Rp 7.224 Triliun, Paling Banyak Deposito
Tidak seperti rekening tabungan biasa, dengan memasukan uang kedalam deposito tetap memungkinkan nasabah untuk memperoleh sejumlah bunga dari uang yang disetorkan ke bank selama jangka waktu tertentu.
Meski nasabah tidak dapat menarik uang ini sebelum durasi yang disebut “lock-in” berakhir, akan tetapi setelah tenggat waktu yang diberikan telah dilewati nasabah dapat kembali menarik seluruh uang yang telah didepositokan beserta bunganya.
Langkah ini diambil untuk menarik perhatian nasabah agar mereka mau mengalihkan dananya ke instrumen investasi lain yang dapat memberikan imbal hasil yang lebih tinggi bagi perbankan, dengan begini imbal hasil dari deposito perbankan tidak tergerus lonjakan inflasi.
“Bank sedang mencari cara untuk meningkatkan visibilitas biaya dana dan durasi mereka di tengah perkiraan kenaikan suku bunga lebih lanjut akibat inflasi,” kata kepala penelitian Maybank Securities di Singapura, Thilan Wickramasinghe.
Baca juga: Ini Sejumlah Tantangan Penerapan HAKI Jadi Agunan Kredit di Perbankan
Usai Singapura memberlakukan aturan tersebut, bank UOB diketahui mulai agresif menawarkan bunga tertinggi untuk deposito di berbagai pilihan tenor.
Dimana bank UOB menetapkan deposito berjangka 10 bulan dengan bunga 2,4 persen. Sementara untuk deposito berjangka 12 bulan bank UOB menaikan tingkat bunga 2,6 persen.
"Dalam lingkungan pasar yang tidak pasti saat ini, kami melihat lebih banyak pelanggan mencari tempat yang aman untuk melindungi kekayaan mereka, Jadi ini adalah situasi yang saling menguntungkan jika mereka dapat memperoleh bunga yang lebih tinggi atas tabungan mereka sambil menyimpan dana mereka " terang Head of Group Personal Financial Services UOB Jacquelyn Tan.
Kenaikan suku bunga juga dialami perbankan OCBC, dilaporkan bank asal Singapura ini juga mulai aktif menawarkan bunga 2,3 persen untuk deposito berjangka 12 bulan.
Langkah serupa juga diikuti oleh bank RHB yang telah menaikkan bunga yakni jadi 2,7 persen per tahun untuk deposito berjangka 24 bulan. Sementara untuk deposito berjangka 12 bulan RBH hanya mematok bunga 2,3 persen.
Baca juga: Jajaki Industri Perbankan, Grab Luncurkan Bank Digital di Singapura
Jumlah tersebut naik drastis apabila dibandingkan dengan deposito di bulan lalu dimana saat itu bunga di bank RBH hanya dipatok 2,45 persen, dan 1,8 persen.
Maybank Singapura juga tak mau ketinggalan dengan menawarkan bunga 2,35 persen untuk deposito bertenor 18 bulan dan 2,4 persen untuk deposito berjangka 24 bulan.
Menyusul yang lainnya, Maybank Singapura juga turut menawarkan kenaikan bunga deposito sebesar 2,35 persen untuk deposito bertenor 18 bulan dan 2,4 persen untuk deposito berjangka 24 bulan.
Meski cara ini diklaim dapat mencegah terjadinya krisis likuiditas perbankan di tengah inflasi, namun tampaknya hal tersebut tak membuat bank terbesar di Singapura DBS kepincut untuk ikut mengerek naik suku bunga deposito tetap.
Belum diketahui kapan DBS akan ikut memacu suku bunga deposito, namun mengutip dari Channel News Asia langkah tersebut akan diambil apabila inflasi Singapura terus mengalami peningkatan, sebagai informasi saat ini inflasi Singapura tengah berada di level 4,4 persen.