Luhut Ajak Tanam Cabai, Sri Mulyani Ungkap Dunia Dalam Bahaya, DPR Minta Jangan Ciptakan Ketakutan
Ada 28 negara yang antre masuk di IMF akibat kondisi resesi dan suudah 66 negara berada pada posisi yang rentan untuk kolaps.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Keuangan Sri Mulyani di berbagai kesempatan kerap menyampaikan tahun depan akan terjadi resesi ekonomi global.
Setelah bertemu dengan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, Sri Mulyani melaporkan kepada Presiden Jokowi, sudah ada 28 negara yang antre masuk di IMF akibat kondisi resesi.
IMF juga menyatakan sudah 66 negara berada pada posisi yang rentan untuk kolaps.
Ini disebabkan karena sepertiga ekonomi dunia telah mengalami resesi atau pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Baca juga: Joe Biden: Tidak Ada Resesi, Amerika Serikat Dalam Posisi Lebih Baik Dibanding Negara Besar Lainnya
Namun demikian, Anggota Komisi XI DPR RI Kamrussamad menyampaikan, hal tersebut perlu disikapi secara proporsional dan memang perlu waspada, tapi tidak perlu terlalu insecure maupun diliputi ketakutan yang berlebihan.
"Waspada boleh. Tapi tidak perlu diliputi ketakutan," kata Kamrussamad, Kamis (12/10/2022).
Ia menjelaskan, ekonomi Global saat ini memang terjadi gejolak dan telah memangkas pertumbuhan ekonomi dunia dari 2,9 persen menjadi 2,7%.
"Namun, jangan sampai laporan dari Menkeu Sri Mulyani, membuat market menjadi takut. Artikulasi kepada publik di tengah situasi saat ini, harus optimis," paparnya.
Menurutnya, ekonomi Indonesia cukup memiliki resliensi yang baik, mulai dari era orba sampai dengan reformasi.
"Saat ini, optimisme tersebut dapat terlihat dari pemulihan ekonomi di kuartal II 2022 yang relatif merata setelah kebijakan pelonggaran mobilitas dan turunnya kasus Covid-19," tuturnya.
Kemudian, pertumbuhan ekonomi juga positif, di mana Indonesia mampu tumbuh di 5,44 persen secara year on year (yoy).
Ia menyebut, capaian ini jauh lebih baik dari perkiraan pasar yang saat itu hanya mematok pertumbuhan 5,2% (yoy).
"Dari aspek inflasi, meskipun inflasi di September berada di level 1,17% secara month on month (mom) atau sebesar 5,95% secara yoy. Ini karena kenaikan harga energi. Tapi, inflasi secara year to date (ytd) relatif rendah dibandingkan negara-negara lain, yaitu 4,84%," paparnya.
Luhut Ajak Tanam Cabai