Hadapi Ancaman Resesi, Pengamat Ekonomi Sarankan Startup Lakukan Sejumlah Langkah Ini
Menurut Bima, perusahan rintisan (Startup) sedianya mencari sumber pendanaan alternatif yang berasal dari dalam negeri.
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bima Yudhistira membeberkan strategi yang harus dilakukan bagi perusahaan rintisan (Startup) di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Menurut Bima, perusahan rintisan (Startup) sedianya mencari sumber pendanaan alternatif yang berasal dari dalam negeri.
Terlebih, startup harus mampu merubah model bisnis, khususnya yang berdampak pada arus pendanaan.
Baca juga: Ramai Startup di Indonesia PHK Karyawan di 2022, Siapa Saja?
"Melakukan Pivot Strategy atau mengubah model bisnis yang berdampak pada profitabilitas. Sehingga arus kas startup menjadi lebih positif," kata Bima Yudhistira saat dihubungi Tribunnews.com, Kamis (27/10/2022).
Lebih lanjut, Bima menegaskan, persaingan yang semakin ketat, membuat Startup harus bergerak untuk meningkatkan inovasi-inovasi strategis.
"Meningkatkan inovasi dan layanan sehingga persaingan tidak berkutat pada obral diskon dan promo," ujar dia.
Terakhir, Bima mengatakan startup dapat berkolaborasi dengan ekosistem digital yang lebih luas.
"Bahkan disarankan untuk merger dengan startup secara vertikal maupun horizontal. Semakin terintegrasi, startup akan memiliki market share dan perluas kesempatan cross selling layanan lainnya," ungkapnya.
Baca juga: Startup Mulai Bertumbangan, Pengamat: Seleksi Alam Bakal Dimulai Tahun 2023
Diberitakan sebelumnya, ancaman resesi dari ketidakpastian perekonomian global, diprediksikan bakal menerpa perusahaan rintisan (Startup) khususnya di Indonesia.
Tantangan perusahaan rintisan (Startup) kian sulit ditengah ancaman resesi ekonomi. Situasi ini mampu membuat para startup akan terancam tutup secara permanen.
"Jadi, winter ataupun musim dingin di startup dimana terjadi pengurangan karyawan bahkan startup tutup permanen. Baik e-commerce logistik, maupun di transportasi online. Ini perkiraannya akan berlangsung bahkan hingga 2024 kedepan. Ini merupakan salah satu seleksi alam," kata Bima Yudhistira, Direktur Celios.
Dikatakan Bima, saat ini beberapa startup mulai mengalami tekanan dari sisi pendanaan. Sebab, investor utama yang mendanai para startup tersebut, berasal dari beberapa negara yang tengah berjuang terhadap pertumbuhan ekonomi.
"Beberapa startup ini sudah mulai terjadi tekanan dari sisi berkurangnya pendanaan, apalagi beberapa startup mendapatkan pendanaan dari investor asing," ucap Bima.
"Di negara asal investor, mau dari Amerika, Eropa maupun China itu sekarang sedang mengalami tekanan ekonomi, pelambatan ekonomi. Sehingga berpengaruh juga terhadap pendanaan yang bisa disalurkan startup yang ada di Indonesia," sambungnya.
Baca juga: Startup Anda Terintegrasi dengan Cloud Computing? Ini 5 Aspek yang Bisa Anda Hemat!
Menurutnya, persaingan ketat kerap menerjang perusahaan rintisan ditengah ancaman resesi ekonomi.
Kata dia, para startup yang memiliki modal besar akan mampu bertahan ditengah kondisi ini.
"Persaingan yang sangat ketat antara startup sehingga yang modalnya besar dia bisa bertahan. Sementara yang kecil mungkin harus tutup permanen, bahkan bukan hanya melakukan PHK karyawan," kata dia.