Bertemu Delegasi Kanada Australia di KTT G20, Ini Hasil yang Didapat Menteri Investasi
Indonesia mengusulkan pendirian organisasi negara-negara penghasil nikel seperti organisasi negara-negara penghasil minyak atau OPEC.
Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia melakukan pertemuan dengan Pemerintahan Canada dan Australia disela gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Nusa Dua, Bali.
Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia mengatakan, pertemuan dari kedua negara itu disebut telah mencapai satu kesepahaman untuk mendirikan organisasi negara-negara penghasil nikel seperti organisasi negara-negara penghasil minyak atau OPEC.
"Dari kita sendiri formulasinya sudah ada, tapi harus kita tawarkan formulasinya untuk kemudian mereka ada koreksi. Sekarang tawaran konsep itu sudah kita kasih ke mereka (Canada dan Australia)," ujar Bahlil, dalam keterangannya, Kamis (17/11/2022).
Namun, Bahlil mengakui saat ini Indonesia masih menunggu kesepakatan dari dua negara tersebut untuk menindaklanjuti kesepahaman yang telah terjalin.
"Kita menunggu mereka untuk mendapat feedback. Tapi kesepemahaman umumnya kita sudah pada satu titik pemikiran yang sama," tuturnya.
Selain itu, Bahlil menyampaikan, pendirian organisasi seperti OPEC adalah sebuah mimpi besar dari Indonesia.
Dia menyoroti beberapa negara maju penghasil bahan baku batre listrik yang mendapat nilai tambah dari pembangunan tersebut.
Baca juga: Tiru OPEC, Indonesia Usulkan Pendirian Organisasi Negara-Negara Penghasil Nikel
"Ini adalah mimpi besar Indonesia untuk bagaimana kita mendirikan organisasi semacam OPEC," ucap Bahlil.
"Maka kemudian Ide ini dilakukan oleh Indonesia dan saya komunikasikan baik dengan akan ada Kemarin saya ketemu dengan menterinya Canada kemudian dengan Australia," sambungnya.
Sebelumnya, Bahlil mengusulkan inisiatif untuk mendirikan organisasi negara-negara penghasil nikel seperti OPEC (The Organization of the Petroleum Exporting Countries).
Baca juga: Erick Thohir Usul Bentuk OPEC’ Khusus Nikel, Optimalisasi Potensi Industri Baterai Mobil Listrik
Usulan itu tercetus saat Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia melakukan pertemuan dengan Menteri Perdagangan Internasional, Promosi Ekspor, Usaha Kecil dan Pembangunan Ekonomi Kanada Mary Ng pada hari Selasa (15/11/2022).
Menurut Bahlil, adanya organisasi seperti OPEC untuk negara penghasil nikel dapat mengoordinasikan dan menyatukan kebijakan komoditas nikel.
Terlebih, sesuai dengan fokus Indonesia yang saat ini sedang memprioritaskan hilirisasi sumber daya alam dalam rangka pengembangan ekosistem kendaraan listrik.
Baca juga: Industri Nikel Bisa Jadi Penopang Ekonomi RI di Tengah Ancaman Resesi
"Selama ini yang kami lihat, negara-negara industri produsen kendaraan listrik melakukan proteksi. Akibatnya, negara penghasil bahan baku baterai tidak memperoleh pemanfaatan nilai tambah yang optimal dari industri kendaraan listrik," kata Bahlil dalam keterangannya, Rabu (16/11/2022).
"Melalui kolaborasi tersebut, kita harap semua negara penghasil nikel bisa mendapat keuntungan melalui penciptaan nilai tambah yang merata," sambungnya.
Di sisi lain, Bahlil Lahadalia melalui forum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT), mengajak pemerintah Australia untuk turut serta mendukung pengembangan hilirisasi investasi.
Menurut Bahlil, saat ini merupakan momentum yang tepat bagi Indonesia dan Australia untuk memperkuat hubungan perekonomian, khususnya dalam hal investasi.
"Ini merupakan sebuah peluang besar yang dapat dijajaki antara Indonesia dengan Australia dengan konsep saling menguntungkan dalam rangka meningkatkan perekonomian kedua negara," ujar Bahlil dalam keterangannya, Rabu (16/11/2022).
Bahlil menjelaskan, Indonesia berkomitmen mendorong investasi hijau yang ramah lingkungan dan berkelanjutan melalui pengembangan ekosistem industri kendaraan listrik yang terintegrasi.
Terlebih Indonesia dan Australia memiliki kekuatan di sektor pertambangan, di mana Australia memiliki keunggulan sebagai penghasil lithium terbesar di dunia.
"Indonesia memiliki pasar yang besar dalam industri kendaraan listrik dengan pemain-pemain global besar yang sudah berinvestasi seperti LG, Foxconn, CATL," tuturnya.
Bahlil berujar, 40 persen komponen kendaraan listrik adalah baterai. Sedangkan, bahan baku penting dalam baterai yaitu nikel, mangan, cobalt, dan lithium. Adapun bahan baku lithium merupakan bahan mineral yang tidak dimiliki oleh Indonesia.