Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pengaruh Piala Dunia Qatar 2022 dengan Merek-merek yang Jadi Sponsornya

Sejak Qatar dinobatkan sebagai tuan rumah Piala Dunia tahun ini pada 2010, catatan hak asasi manusia negara itu menjadi sorotan dunia

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Sanusi
zoom-in Pengaruh Piala Dunia Qatar 2022 dengan Merek-merek yang Jadi Sponsornya
AFP/GABRIEL BOUYS
Pendukung Prancis bersorak di tribun menjelang pertandingan sepak bola semifinal Piala Dunia Qatar 2022 antara Prancis dan Maroko di Stadion Al-Bayt di Al Khor, utara Doha pada 14 Desember 2022. Saat miliaran pemirsa berkonsentrasi menyaksikan Piala Dunia 2022, nama-nama beberapa perusahaan besar seperti Visa, Coca-Cola, Qatar Airways, Adidas dan McDonalds muncul di turnamen sepak bola yang diadakan empat tahun sekali itu. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Saat miliaran pemirsa berkonsentrasi menyaksikan Piala Dunia 2022, nama-nama beberapa perusahaan besar seperti Visa, Coca-Cola, Qatar Airways, Adidas dan McDonalds muncul di turnamen sepak bola yang diadakan empat tahun sekali itu.

Namun, perhelatan Piala Dunia Qatar 2022 berbeda. Banyak dari merek-merek ini, terutama yang berasal dari negara-negara Barat, telah terjebak dalam perselisihan geopolitik dalam turnamen ini, dengan kritik yang diterima federasi sepak bola internasional (FIFA) dan tuan rumah turnamen tersebut tahun ini, Qatar, terutama seputar masalah hak asasi manusia.

Baca juga: David Beckham dan WAGs Ronaldo Ramaikan Piala Dunia 2022, Ketemu Keluarga Kerajaan Qatar di Stadion

Namun, bukan berarti hal itu mempengaruhi pendapatan dalam turnamen tersebut.

Presiden FIFA Gianni Infantino, mengatakan pada Jumat (16/12/2022) dalam konferensi pers bahwa organisasi tersebut telah memperoleh rekor pendapatan 7,5 miliar dolar AS melalui kesepakatan komersial yang terkait dengan Piala Dunia 2022, atau sekitar 1 miliar dolar AS lebih banyak daripada yang diperolehnya dari Piala Dunia 2018.

Dan selama siklus berikutnya menuju Piala Dunia 2026, Infantino memperkirakan pendapatan sebesar 11 miliar dolar AS.

Bukan hanya perusahaan yang menyesuaikan 'merek' mereka dengan Piala Dunia 2022. Ada banyak mantan pemain sepak bola, termasuk Tim Cahill, Cafu, Samuel Eto'o dan Xavi, yang telah menerima peran sebagai Duta Piala Dunia Qatar 2022.

Yang paling menonjol adalah David Beckham, karena menerima kritik, yang sebagian besar diberikan oleh pendukung LGBTQ, saat dia dinyatakan sebagai Duta Piala Dunia Qatar 2022 dan menghadapi tuduhan bahwa hal itu dapat menodai 'mereknya' sendiri.

Baca juga: Jelang Final Piala Dunia 2022 Argentina vs Prancis, Ousmane Dembele Berikan Pujian ke Lionel Messi

Berita Rekomendasi

Selain menjadi duta dalam Piala Dunia 2022 Qatar, Beckham juga memiliki dukungan dengan Adidas, merek jam tangan Tudor dan merek wiskinya sendiri, Haig Club. Beckham juga merupakan bagian dari tim kepemilikan di klub sepak bola MLS Inter Miami.

“Saya pikir ketika terlibat dalam segala bentuk hubungan komersial, tetapi tentu saja sponsor atau dukungan (atau) peran duta besar, disertai dengan risiko geopolitik,” kata profesor ekonomi olahraga dan geopolitik di SKEMA Business School, Simon Chadwick, seperti yang dikutip dari CNN.

Baca juga: Cek di Sini Lokasi Nobar Final Piala Dunia 2022 di Jakarta, Bandung, Jogja, hingga Surabaya

Merek Global Besar

Sejak Qatar dinobatkan sebagai tuan rumah Piala Dunia tahun ini pada 2010, catatan hak asasi manusia negara itu menjadi sorotan dunia, mulai dari kematian dan kondisi yang dialami oleh pekerja migran hingga LGBTQ dan hak-hak perempuan.

Sebagian besar kritik yang dilayangkan kepada FIFA dan Qatar datang dari negara-negara seperti Eropa Barat dan Amerika Utara, namun hanya sebagian kecil dari sponsor turnamen ini yang berkantor pusat di wilayah-wilayah tersebut.

Merek-merek yang terkait dengan negara-negara tersebut, seperti Adidas atau McDonald's, memiliki basis konsumen di seluruh dunia, mencakup konsumen dengan berbagai kebebasan untuk mengkritisi isu-isu hak asasi manusia.

“Ketika tim pemasaran dalam merek global besar ini melihat perpecahan basis pelanggan mereka, konsumen etis di Eropa Barat atau Amerika Utara, sebagai contoh, hanya merupakan bagian dari itu. Dan mereka akan pergi ke turnamen mengetahui hal itu," ujar kepala layanan olahraga di firma hukum JMW Solicitors, Ben Peppi.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas