Pengaruh Piala Dunia Qatar 2022 dengan Merek-merek yang Jadi Sponsornya
Sejak Qatar dinobatkan sebagai tuan rumah Piala Dunia tahun ini pada 2010, catatan hak asasi manusia negara itu menjadi sorotan dunia
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Sanusi
Pergeseran FIFA menuju perusahaan yang berbasis di luar Eropa Barat dan Amerika Utara dipercepat oleh eksodus beberapa sponsor menyusul skandal korupsi 2015 yang melibatkan FIFA, namun juga mencerminkan globalisasi merek konsumen Asia, tambah Peppi.
Perusahaan besar yang berbasis di China, Wanda Group, Qatar Airways, dan Qatar Energy semuanya termasuk dalam sponsor tingkat atas FIFA dan tidak mungkin menyeimbangkan dilema dengan persepsi merek yang sama dengan mitra Barat mereka.
Seperti yang ditunjukkan Chadwick, Qatar Airways adalah maskapai penerbangan milik negara Qatar dan “tidak akan mulai terlibat dalam kampanye aktivisme konsumen melawan pemerintahnya sendiri".
Empat perusahaan China yang mensponsori turnamen tersebut, Wanda, Vivo, Mengniu Dairy, dan Hisense, kemungkinan tidak akan mengambil sikap yang keras terhadap isu seperti hak LGBTQ karena hal itu “menyoroti China", tambah Chadwick.
Banyak Sponsor Tetap Bungkam
Beberapa perusahaan telah membahas masalah hak asasi manusia seputar Piala Dunia Qatar 2022.
Produsen perlengkapan dan pakaian olahraga asal Denmark, Hummel memberi tim nasional negara itu jersey "polos" sebagai tanggapan atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Qatar, meskipun FIFA kemudian melarang timnas Denmark mengenakan jersey ini di Piala Dunia.
Sementara itu, jaringan supermarket Jerman Rewe mengakhiri kemitraannya dengan Asosiasi Sepak Bola Jerman setelah keputusan FIFA untuk menghukum pemain yang memakai ban lengan "OneLove" yang bertujuan untuk mempromosikan inklusivitas atau pengakuan dan penghargaan atas perbedaan dan keragaman.
Penyelenggara Piala Dunia Qatar membantah klaim Hummel mengenai pelanggaran hak asasi manusia. Namun, terlepas dari contoh-contoh ini, yang terutama dilakukan oleh sponsor tim nasional, perusahaan lain relatif diam selama kompetisi yang menjadi salah satu acara terbesar dan paling menguntungkan dalam dunia olahraga.
FIFA membagi sponsor turnamennya menjadi tiga tingkatan, yaitu “partners”yang terdiri dari Coca-Cola, Adidas, Visa, Wanda, Qatar Airways, Qatar Energy dan Hyundai Kia; “World Cup sponsors" termasuk Budweiser, McDonald's, Mengniu Dairy, dan Hisense; dan “regional supporters”.
“Kenyataannya adalah, banyak (mitra FIFA) tetap diam,” kata Peppi.
“Piala Dunia FIFA adalah salah satu kekayaan intelektual paling berharga dalam olahraga, jika bukan yang paling berharga dan, akibatnya, dikontrol dan diatur dengan sangat ketat,” tambah Peppi.
Pada Juli, tiga organisasi hak asasi manusia yaitu Amnesty International, Human Rights Watch dan Fair Square menulis kepada 14 mitra (partners) perusahaan FIFA dan sponsor Piala Dunia untuk “mendesak mereka meminta badan sepak bola untuk memperbaiki pelanggaran terhadap pekerja migran yang terkait dengan persiapan Piala Dunia."
Sulit untuk memverifikasi berapa banyak pekerja migran yang meninggal akibat pekerjaan yang dilakukan pada proyek yang terkait dengan turnamen tersebut.