Laporan Wartawan Tribunnews.com  Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, Brussel – Usai mengalami penurunan tajam selama setahun terakhir, sejumlah saham Eropa dibuka menguat pada sesi perdagangan pertama tahun 2023, Senin (2/1/2023).

Reuters mencatat selama pembukaan pasar saham di Senin pagi, indeks Pan-regional STOXX 600 mengakhiri penurunan tajam dengan naik sebanyak 0,8 persen.

Lonjakan nilai saham juga terjadi pada indeks DAX Jerman (GDAXI) yang terpantau naik sebanyak 1,0 persen, mengikuti bursa saham London, Dublin dan sejumlah saham Eropa lainnya yang saat ini tengah mencatatkan raport hijau di perdagangan bursa Wall Street .

Lonjakan harga saham Eropa mulai terjadi setelah bank-bank sentral kompak mengambil langkah agresif dengan menaikkan laju suku bunga acuan ke level tertinggi.

Pengetatan kebijakan moneter bank sentral yang dimaksudkan untuk  mengendalikan kenaikan harga, serta perlambatan ekonomi awalnya sempat memukul para investor.

Namun setelah laju inflasi di Eropa dilaporkan menurun menjadi 7,0 persen, kepercayaan para investor mulai kembali bangkit hingga membuat industri teknologi mengalami kenaikkan permintaan yang cukup drastis.

Diantaranya, produksi mobil dan suku cadang yang naik 2,5 persen serta  produk barang mewah seperti LVMH dan Kering yang bertambah sekitar 1,5 persen.

Baca juga: Perdagangan Saham Asia Naik Jelang Penutupan Pasar Wall Street di Akhir Tahun 

“Dengan imbal hasil bund 10 tahun di atas 2,50 persen, perdagangan akhir tahun yang santai kemungkinan memancing penurunan inflasi, sehingga meningkatkan harapan di tahun ini," kata analis Commerzbank Research.

Selain lonjakan harga saham, sikap positif dari pemain pasar Eropa juga membuat perdagangan minyak ditutup dengan kenaikan, hingga  melesat 1,3 persen pada perdagangan Senin pagi.

Baca juga: Tahun 2023 Bakal Terjadi Perubahan Saham Blue Chip? Simak Rekomendasi dan Prediksinya

Meski lonjakan tersebut belum dapat menutup kerugian di kuartal sebelumnya, akan tetapi kenaikan ini perlahan dapat membangkitkan ekonomi Eropa yang sempat merosot akibat terdampak perang Rusia - Ukraina serta inflasi pasar global