Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Sri Mulyani Sindir Bankir, Jangan Menari di Atas Penderitaan Orang Saat Suku Bunga Naik

Naiknya suku bunga acuan akan ikut mengerek suku bunga kredit yang berakibat meningkatnya beban biaya bagi debitur

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Sri Mulyani Sindir Bankir, Jangan Menari di Atas Penderitaan Orang Saat Suku Bunga Naik
Istimewa
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyentil bankir Indonesia yang terlihat senang melihat tren kenaikan suku bunga yang dikerek The Fed dan diikuti oleh BI dengan menaikkan suku bunga acuan. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyindir para bankir Indonesia yang terlihat senang di saat adanya kebijakan kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, yang kemudian diikuti oleh Bank Indonesia.

Naiknya suku bunga acuan akan ikut mengerek suku bunga kredit yang berakibat meningkatnya beban biaya bagi debitur atau pihak peminjam.

"Saya kalau bicara dengan para bankir, dan bicara tentang interest rate ini naik, anda sebenernya itu menari-nari di atas penderitaan orang," ucap Sri Mulyani dalam CEO Banking Forum, Senin (9/1/2023).

"Jadi beda sekali, kalau membicarakan suku bunga dan wajah anda lebih bahagia," sambungnya.

Sri Mulyani kembali melanjutkan, kenaikan suku bunga memiliki dampak kegiatan ekonomi.

Seperti diketahui, jika suku bunga perbankan mengalami peningkatan, hal ini akan berdampak terhadap kinerja kredit dan konsumsi masyarakat.

Berita Rekomendasi

"Tapi itu tidak otomatis seperti itu. Karena cost of fund yang tinggi akan mempengaruhi kekuatan ekonomi secara menyeluruh," papar Bendahara negara.

Seperti diketahui, tingkat inflasi yang melonjak akibat krisis energi imbas perang di Ukraina dan kendala pasokan akibat penguncian Covid-19 di China, membuat bank sentral beberapa negara menaikkan suku bunga.

Baca juga: IMF Sarankan The Fed Terus Kerek Suku Bunga Sampai Inflasi AS Mereda

Dimulainya era suku bunga tinggi pada 2022 ini membuat ancaman resesi menguat karena inflasi tidak kunjung menurun, yang berakibat terhadap merosotnya pertumbuhan ekonomi global.

Kenaikan ini diawali Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang mengumumkan kenaikan suku bunganya sebanyak 75 basis poin (bps) pada Juli 2022, untuk menjinakkan laju inflasi Amerika Serikat yang terus meninggi.

Kenaikan suku bunga The Fed 75 bps tersebut untuk bulan kedua berturut-turut setelah sebelumnya pada Juni lalu menaikkan tingkat suku bunganya dengan besaran sama.

Baca juga: Ekonom Bright Institute: Suku Bunga Tinggi Risiko Ekonomi Paling Seram di 2023 

Sebulan kemudian dari tanah air, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen.

Tidak hanya berhenti sampai di situ, BI dalam beberapa bulan terakhir ini terlihat agresif meningkatkan suku bunga acuannya.

BI menetapkan kebijakan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) menjadi 5,25 persen pada November 2022, dari awalnya sempat menahan suku bunga di angka 3,50 persen pada Juli 2022.

Baca juga: Naiknya Suku Bunga Acuan BI Disebut Jadi Tantangan Tak Hanya Bagi Konsumen, Tapi Juga Pengembang

Lantaran ada kenaikkan inflasi nasional yang cukup tinggi, BI akhirnya memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan dalam kurun waktu 4 bulan berturut-turut, mulai Agustus hingga November 2022.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas