Rupiah Pekan Depan Berpotensi Tersungkur, Pengamat Sebut Bakal Tembus Rp 15.000 per Dolar AS
Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan ini (27/1/2023) berada di level Rp 14.985.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan ini (27/1/2023) berada di level Rp 14.985.
Jika dicermati lebih detail, nilai tukar mata uang Garuda melemah 38 poin.
Sebelumnya pada Kamis (26/1/2023), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp 14.947.
Pengamat Pasar Keuangan Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah pada awal pekan depan (30/1/2023) masih akan berfluktuasi dan cenderung melemah. Berpotensi tembus ke level Rp 15.000.
Baca juga: Rupiah Akhir Pekan Ditutup Melemah, Dekati Level Rp15.000 per Dolar AS
"Dalam perdagangan akhir pekan (27/1/2023), mata uang rupiah ditutup melemah 38 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 45 poin di level Rp14.985 dari penutupan sebelumnya di level Rp 14.947," ucap Ibrahim dalam analisanya dikutip Sabtu (28/1/2023).
"Sedangkan untuk perdagangan senen depan, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp 14.970 hingga Rp 15.030," sambungnya.
Ibrahim juga membeberkan pelemahan rupiah pada kemarin dipengaruhi sejumlah faktor, baik eksternal maupun internal.
Untuk faktor eksternal, melemahnya rupiah didorong sentimen menguatnya indeks dolar AS.
"Dolar menguat terhadap mata uang lainnya setelah data menunjukkan ekonomi AS mempertahankan laju pertumbuhan yang kuat pada kuartal keempat, mendukung Federal Reserve AS untuk mempertahankan sikap hawkishnya lebih lama," ucap Ibrahim.
Baca juga: Menjelang Siang, Nilai Tukar Rupiah Melemah Tipis di Level Rp14.967 per Dolar AS
Sementara untuk faktor internal, rupiah terdorong sentimen prediksi ekonom tentang pertumbuhan ekonomi indonesia tahun ini, yaitu tumbuh di atas 4,7 persen, yang agak melambat.
Faktor pelemahan adalah perlambatan ekspor karena dampak potensi resesi ekonomi global.
Selain itu, harga komoditas yang mulai alami moderasi dan konsumsi masyarakat.
Namun para ekonom optimis pemulihan ekonomi tetap stabil karena masyarakat mulai bergerak akibat pembatasan sosial dicabut.