Saham di Wall Street Kompak Anjlok, Terdampak Kebangkrutan Silicon Valley Bank
Pergerakan indeks saham di bursa Wall Street terpantau mengalami penurunan tajam, setelah regulator AS menutup Silicon Valley Bank
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, CALIFORNIA – Pergerakan indeks saham di bursa Wall Street terpantau mengalami penurunan tajam, setelah regulator AS menutup operasi perbankan pemberi pinjaman yang berfokus pada bisnis startup Silicon Valley Bank, Sabtu (11/3/2023).
Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 345,22 poin atau 1,07 persen menjadi 31.909,64. Disusul kemerosotan nilai saham Nasdaq Composite yang amblas 199,47 poin atau 1,76 persen menjadi 11.138,89.
Sementara indeks saham S&P 500 kehilangan 56,64 poin atau 1,45 persen hingga nilainya berakhir di kisaran 3.861,78. Penurunan serupa juga terjadi pada 11 sektor industri S&P 500 seperti Real estate yang anjlok 3,3 persen.
Baca juga: Silicon Valley Bank Kolaps, Semua Operasi Resmi Ditutup
Serta indeks saham consumer staples yang turun 0,5 persen dan indeks keuangan S&P 500 menyusut 1,8 persen pada penutupan pasar di hari Jumat (10/3/2023).
Tak hanya itu Saham perbankan asal Amerika lainnya juga ikut anjlok diantaranya Goldman Sachs dan Bank of America yang masing-masing turun 4,2 persen dan 0,9 persen.
Kebangkrutan Silicon Valley Bank
Mengutip dari Reuters, penurunan ini terjadi buntut dari respon negatif para investors pada industri perbankan di AS usai Silicon Valley Bank menutup semua layanannya di kantor pusat di California.
Akibat sikap agresif the Fed yang terus menaikkan suku bunga acuan ke level tertinggi mencapai 450 basis point selama setahun terakhir.
Hingga membuat simpanan likuiditas Silicon Valley Bank terkikis, lantaran para klien mulai menarik uang untuk memenuhi kebutuhan likuiditas mereka.
Sebelum kebangkrutan terjadi, bank yang berfokus pada startup ini sempat berencana untuk meluncurkan penjualan saham senilai 1,75 miliar dolar AS untuk menopang neraca perdagangannya yang terkikis.
Namun secara mengejutkan saham perusahaan mendadak susut sebanyak 60 persen. Penurunan saham itu bahkan membuat Silicon Valley Bank mengalami pembengkakan kerugian mencapai 80 miliar dolar AS pada Rabu (9/3/2023).
"SBV telah mendorong ketakutannya lebih luas pada investor bank industri dan satu segmen ekonomi," jelas Carol Schleif, kepala investasi, kantor keluarga BMO di Minneapolis.
Menteri Keuangan Janet Yellen menegaskan pemerintahan memiliki keyakinan penuh pada kemampuan mereka untuk menanggapi situasi tersebut.
Akan tetapi krisis yang dialami SBV telah memperparah sentimen negatif pada ekonomi Amerika Serikat bahkan telah memicu isu terkait adanya kenaikan biaya uang di tahun ini.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.