Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Diakuisisi UBS, Begini Nasib Pemegang Saham Terbesar Credit Suisse

Berdasarkan ketentuan kesepakatan penyelamatan darurat, UBS membayar pemegang saham Credit Suisse 0,76 franc Swiss per saham.

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Diakuisisi UBS, Begini Nasib Pemegang Saham Terbesar Credit Suisse
Bloomberg
Saudi National Bank (SNB) mengalami kerugian besar setelah UBS mengakuisisi pemberi pinjaman asal Swiss Credit Suisse seharga 3,2 miliar dolar AS. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, RIYADH - Saudi National Bank (SNB) mengalami kerugian besar setelah UBS mengakuisisi pemberi pinjaman asal Swiss Credit Suisse seharga 3,2 miliar dolar AS.

Melansir dari CNBC, SNB yang menjadi pemegang saham terbesar Credit Suisse mengonfirmasi pihaknya telah terpukul dengan kerugian yang mencapai sekitar 80 persen atas investasinya di pemberi pinjaman Swiss berusia 167 tahun itu.

Bank yang berbasis di Riyadh itu memegang 9,9 persen saham di Credit Suisse, setelah menginvestasikan 1,4 miliar franc Swiss atau sekitar 1,5 miliar dolar AS pada November tahun lalu, dengan nilai 3,82 franc Swiss per saham.

Baca juga: Saham Credit Suisse Anjlok 60 Persen Usai Diakuisisi Bank UBS

Berdasarkan ketentuan kesepakatan penyelamatan darurat, UBS membayar pemegang saham Credit Suisse 0,76 franc Swiss per saham.

Potongan harga yang signifikan datang saat regulator Swiss mencoba menopang sistem perbankan global. Upaya penyelamatan Credit Suisse datang menyusul gejolak di industri perbankan atas keruntuhan Silicon Valley Bank dan First Republic Bank yang berbasis di Amerika Serikat, serta penurunan harga saham utama di seluruh sektor perbankan internasional.

Saham UBS, bank terbesar Swiss, diperdagangkan turun 10,5 persen pada Senin (20/3/2023) pukul 09:28 waktu London, sementara sektor perbankan Eropa turun sekitar 4 persen. Saham Credit Suisse sendiri merosot hingga 62 persen.

Berita Rekomendasi

Meski merugi, Saudi National Bank mengatakan strateginya yang lebih luas tetap tidak berubah. Saham SNB naik 0,58 persen pada pukul 9:30 pagi waktu London.

“Pada Desember 2022, investasi SNB di Credit Suisse merupakan kurang dari 0,5 persen dari total Aset SNB, dan c.1,7% dari portofolio investasi SNB,” kata SNB dalam sebuah pernyataan.

“Perubahan penilaian investasi SNB di Credit Suisse tidak berdampak pada rencana pertumbuhan SNB dan panduan 2023 ke depan,” tambahnya.

Otoritas Investasi Qatar (QIA), investor terbesar kedua Credit Suisse, memegang 6,8 persen saham di bank tersebut dan dilaporkan juga mengalami kerugian besar. QIA tidak membalas permintaan CNBC untuk memberikan perincian mengenai kerugian yang dialaminya.

Jatuhnya Credit Suisse sudah lama diantisipasi, dengan kerugian multi-miliar dolar, perubahan kepemimpinan, dan strategi yang gagal untuk menarik kepercayaan investor.

Pada bulan lalu, bank terbesar kedua di Swiss itu melaporkan kerugian tahunan terbesar sejak krisis keuangan 2008 setelah kliennya menarik lebih dari 110 miliar franc Swiss atau senilai 120 miliar dolar AS.

Credit Suisse mengumpulkan dana sekitar 4 miliar dolar AS dari investor pada Desember tahun lalu, termasuk dari bank-bank besar di wilayah Teluk dan dana kekayaan negara (sovereign wealth fund) seperti Saudi National Bank, Otoritas Investasi Qatar, dan Olayan Group. Dana kekayaan negara Norwegia, Norges Bank Investment Management, juga merupakan pemegang saham utama di Credit Suisse.

Beberapa pihak berpendapat, penurunan tajam saham Credit Suisse yang dimulai pada minggu lalu dan menyebabkan penyelamatan darurat bank tersebut sebagian adalah kesalahan SNB.

Ketua SNB, Ammar Al Khudiary, saat ditanya apakah akan meningkatkan sahamnya di pemberi pinjaman Swiss yang bermasalah itu pada Rabu (15/3/2023), mengatakan "sama sekali tidak, karena banyak alasan di luar alasan paling sederhana, yaitu peraturan dan undang-undang.”

Komentar tersebut memicu kepanikan investor dan membuat saham Credit Suisse turun 24 persen, meskipun pernyataan tersebut sebenarnya bukan hal baru mengingat SNB mengatakan pada tahun lalu pihaknya tidak memiliki rencana untuk memperluas kepemilikannya melebihi 9,9 persen.

Ammar Al Khudiary memang berusaha untuk menenangkan situasi yang memanas di industri perbankan global pada hari berikutnya, dengan mengatakan “jika Anda melihat bagaimana seluruh sektor perbankan telah jatuh, sayangnya, banyak orang hanya mencari-cari alasan.”

“Ini panik, sedikit panik. Saya percaya sama sekali tidak beralasan , apakah itu untuk Credit Suisse atau untuk seluruh pasar,” kata Al Khudairy.

Sayangnya, komentar Al Khudairy tidak berhasil mencegah kejatuhan Credit Suisse yang berkelanjutan.

Kejatuhan tersebut, yang menyebar ke seluruh sektor perbankan, telah merusak kepercayaan pasar dan memicu kekhawatiran akan krisis perbankan global lainnya.

Menteri Keuangan Swiss Karin Keller-Sutter berusaha meyakinkan pembayar pajak yang marah atas upaya penyelamatan Credit Suisse, selama konferensi pers pada Minggu (19/3/2023) dengan menekankan bahwa “ini adalah solusi komersial dan bukan bailout.”

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas