Tren Pembayaran Nontunai Dorong UMKM Masuk ke Ekosistem Digital
Tren pembayaran nontunai yang dimotori oleh digitalisasi perbankan mendorong pelaku UMKM lebih cepat naik kelas.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tren pembayaran nontunai yang dimotori oleh digitalisasi perbankan mendorong pelaku UMKM lebih cepat naik kelas.
Dengan tren tersebut, pelaku UMKM terdorong untuk masuk ke ekosistem digital, yang memberikan kemudahan dan keuntungan terutama dalam hal peningkatan transaksi dan pendapatan.
Hal ini diperkuat dengan siklus hari raya keagamaan yang menjadi salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Pengamat ekonomi sekaligus Direktur Eksekutif INDEF Ahmad Tauhid mengatakan, momen hari raya keagamaan, terutama puasa dan lebaran ini memiliki dampak cukup signifikan bagi pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Hal itu dipicu oleh tiga faktor penggerak utama, di antaranya peningkatan konsumsi makanan dan minuman, seperti kebutuhan bahan pokok, peningkatan sektor transportasi dan logistik, serta sektor pariwisata lokal.
Di samping pertumbuhan di sektor-sektor tersebut, hari raya keagamaan juga memicu peningkatan transaksi digital dari hadirnya e-commerce dan mekanisme pembayaran digital atau nontunai.
Transaksi digital tersebut telah menjadi tren baru dalam aktivitas ekonomi masyarakat saat ini dan ke depan akan terus berkontribusi terhadap peningkatan uang beredar dan aktivitas ekonomi masyarakat.
“Rata-rata semua sekarang memenuhi kebutuhan hidupnya dari e-commerce dan menggunakan transaksi digital yang disediakan perbankan atau fintech. Daerah-daerah yang sebelum hanya mengandalkan pembayaran konvensional, saat ini sudah banyak beralih ke digital, misalnya Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Pengaruhnya sangat besar terhadap volume transaksi digital,” ujarnya, Kamis (11/5/2023).
Direktur Keuangan dan Perencanaan Bisnis Bank Sahabat Sampoerna Henky Suryaputra mengatakan, selain transaksi digital yang cenderung naik pada momen hari raya, interaksi masyarakat, pelaku usaha, dan UMKM di momen hari raya keagamaan tersebut menjadi sarana edukasi terhadap layanan digital perbankan.
Masyarakat, pelaku usaha, dan UMKM yang sudah terpapar layanan digital menjadi agen yang efektif dalam mendorong penetrasi transaksi digital perbankan pada
periode sesudahnya.
“Pelaku UMKM yang telah masuk ke ekosistem digital memperoleh banyak kemudahaan dan manfaat, baik dalam hal inovasi kanal pemasaran baru, juga dapat menerima berbagai metode pembayaran digital, seperti penggunaan uang elektronik dan pembayaran dengan QRIS.
Baca juga: Hingga Kuartal III 2022, Bank Sampoerna Bukukan Pendapatan Bunga Bersih Rp617 Miliar
Ekosistem digital juga memberi rekam jejak transaksi digital yang memungkinkan pelaku UMKM memperoleh pendanaan yang lebih ekonomis ke depan,” katanya.
Seperti diketahui, Kementerian Koperasi dan UMKM menargetkan 30 juta UMKM masuk ke dalam platform digital pada 2024. Jumlah yang telah masuk mencapai 20,76 juta, meningkatkan 26,6 persen pada tahun sebelumnya sebanyak 16,4 juta pelaku UMKM.
Bank Indonesia mencatat, hingga akhir tahun lalu, jumlah pengguna QRIS di Indonesia sebanyak 28,75 juta atau meningkat 15,95 juta pengguna dari tahun sebelumnya.
Sementara itu, total pedagang (merchant) yang telah menggunakan QRIS sebanyak 22,7 juta, 90 persen di antaranya adalah pelaku UMKM.
Di sisi lain, nilai transaksi digital banking naik menjadi 38,38% sebesar Rp5.184,1 triliun hingga Oktober tahun lalu.
Senada dengan itu, Tauhid mengatakan, peningkatan aktifitas ekonomi dan transaksi digital selama momen Idul Fitri juga ikut mengerek UMKM.
Pelaku UMKM yang telah masuk ke ekosistem digital merasakan dampak langsung dari aktivitas ekonomi tersebut.
Pembayaran digital dan nontunai yang inklusif tersebut bakal meningkatkan jumlah transaksi dan pendapatan, karena dengan mudahnya masyarakat dapat mengakses produk, jasa, dan layanan yang disediakan pelaku UMKM.
“Peningkatan terutama terjadi pada usaha mikro yang terkerek dan naik kelas menjadi usaha kecil. Itu yang paling dominan. Sementara dari menengah ke besar itu relatif sedikit," katanya.
Henky menegaskan, Bank Sampoerna selalu mendorong pelaku UMKM untuk masuk ke ekosistem digital.
Tantangan utamanya adalah secara geografis pelaku UMKM tersebar di wilayah Indonesia yang sangat luas. Karena itu, pihaknya menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak dalam hal penyediaan layanan digital dan penyaluran pendanaan.
Hingga saat ini, Bank Sampoerna telah berkolaborasi dengan 40 perusahaan fintech, perusahaan multifinance, KSP, dan berbagai institusi keuangan.
Kolaborasi tersebut berdampak pada peningkatan transaksi virtual accounts yang sepanjang tahun 2022 mencapai lebih dari Rp70 triliun, atau meningkat lebih dari 20% dibandingkan transaksi pada tahun sebelumnya.
Sedangkan penyaluran pinjaman melalui kanal digital Bank Sampoerna yaitu PDaja.com hingga Maret 2023 telah mencapai lebih dari Rp1,5 triliun.
Upaya lain adalah memfasilitasi UMKM untuk masuk ke pembayaran digital melalui Sampoena Mobile Merchant yang dapat diunduh pelaku UMKM untuk dapat menerima pembayaran melalui QRIS dan mempermudah pembukaan tabungan digital Sampoerna Mobile Saving melalui teknologi face recognition dan Liveness detection.