Impor Terus Bertambah, Stabilitas Rupiah SOS?
Stabilitas mata uang rupiah kini semakin terancam, pasalnya impor barang ke Indonesia diprediksi terus berlanjut.
Editor: Hendra Gunawan
“Besi baja impor jadi biang keladi meningkatnya impor selain mesin. Lonjakan impor juga melemahkan industri dalam negeri.
Contohnya pada besi baja, padahal ramai proyek infrastruktur tapi tidak berkorelasi pada penjualan sektor besi baja lokal secara signifikan,” jelasnya.
Dengan proyeksi lonjakan impor tersebut, Bhima memperkirakan dampaknya akan mempengaruhi nilai tukar rupiah dan juga melemahnya ekspor.
“Sehingga pertumbuhan ekonomi ikut terganggu,” imbuhnya.
Sementara ekonom Bank Danamon Irman Faiz melihat potensi lonjakan impor akan terus terus berlanjut.
Hal ini menyusul impor pada bulan Mei 2023 yakni sebesar US$ 21,28 miliar atau naik 38,65% dari bulan sebelumnya.
Peningkatan impor terlihat dari kenaikan impor baik minyak dan gas (migas) maupun impor non migas.
Faiz mengatakan, potensi kembali melonjaknya impor dikarenakan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur yang masih ekspansif dan juga penerimaan domestik yang terus membaik.
Meski begitu, Faiz menilai meningkatnya impor ke depan tidak akan setinggi pada bulan Mei 2023.
“Hal ini karena beberapa barang impor dari Tiongkok seperti kereta cepat di bulan mei itu sifatnya one time dan karena tahun lalu Mei itu ada momentum lebaran, jadi aktivitas impor rendah alias banyak libur,” tutur Faiz kepada Kontan.co.id, Minggu (18/6).
Dia menambahkan, kinerja impor yang meningkat memang menggambarkan permintaan domestik yang membaik sejalan dengan pemulihan pandemi Covid-19.
Akan tetapi, yang harus menjadi perhatian adalah pergerakan nilai tukar rupiah yang berpotensi melemah ditengah impor yang naik.
Selain itu, pengetatan kebijakan moneter The Fed yang masih berlanjut juga perlu diwaspadai oleh pemerintah.