Timbulkan Masalah Kesehatan hingga Rugikan Negara Miliaran Dolar AS, PLTU Suralaya Kena Sentil
PLTU batubara di Indonesia yang terus mengeluarkan polusi udara tanpa henti menimbulkan kerugian untuk negara.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kota Jakarta disebut kian melemah akibat polusi udara yang terus meningkat, ditambah lagi tertundanya Kemitraan Transisi Energi yang Adil (Just Energy Transition Partnership - JETP) senilai 20 miliar dolar AS yang dimaksudkan untuk membantu Indonesia dalam transisi ramah lingkungan.
Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) dalam studinya mengungkapkan, banyaknya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara di Indonesia yang terus mengeluarkan polusi udara tanpa henti menimbulkan kerugian untuk negara.
Meskipun demikian, sektor pembangkit listrik bertenaga bahan bakar fosil seperti batubara terus dikembangkan guna memenuhi kebutuhan negara.
Baca juga: Pemerintah Diminta Jaga Kedaulatan Bidang Energi, Tak Perlu Latah Ikut-ikutan Menghentikan PLTU
"Akibatnya kualitas udara di Indonesia pun kian buruk sehingga sangat mempengaruhi kesehatan penduduk dan ekonomi negara, yang berkontribusi terhadap pengurangan angka harapan hidup hingga lima tahun serta merugikan Indonesia sebesar lebih dari 220 miliar dolar AS setiap tahunnya," tulis laporan studi CREA dikutip, Jumat (15/9/2023).
Penilaian dampak kesehatan CREA juga menunjukkan bahwa polusi udara dari kompleks PLTU batu bara Suralaya, Banten, yang terletak di pulau Jawa, Indonesia, memiliki dampak yang buruk terhadap kesehatan masyarakat dan perekonomian.
Polusi udara dari kompleks PLTU Suralaya Banten mencapai kota Serang, Cilegon, dan Jakarta, yang telah mengalami krisis polusi udara selama bertahun-tahun.
CREA juga mengungkapkan bahwa partikel halus (PM2.5) dari pembakaran batu bara di sekitarnya berkontribusi terhadap lonjakan polusi udara tahunan di Jakarta, termasuk dari kompleks Banten-Surabaya, dan memiliki dampak yang buruk bagi penduduk di seluruh wilayah barat laut Jawa.
"Pembakaran batu bara pada PLTU batubara seperti di kompleks PLTU Suralaya menimbulkan polusi udara yang terdiri dari partikel halus (PM2.5), nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2), dan ozon (03)," ungkap CREA.
"Kesemuanya dapat menyebar dalam jarak jauh dan menyebabkan penyakit pada manusia, mulai dari batuk kronis seperti yang dialami oleh Presiden Indonesia musim panas ini, hingga kematian," lanjutnya.
Penilaian dampak kesehatan yang dilakukan CREA menemukan bahwa jika standar nasional untuk PLTU batu bara ditegakkan, dampak tersebut di atas dapat dikurangi, dan jika teknologi terbaik yang tersedia diterapkan, pengaruhnya mungkin akan lebih besar.
Apabila standar nasional ditegakkan, polusi udara akan berkurang, mencegah hingga 97-268 kematian, 141-300 kunjungan ke unit gawat darurat, 17-236 kasus asma baru pada anak, hingga 74-157 kelahiran prematur.
Penurunan kerugian kesehatan ini akan menghemat perekonomian Indonesia hingga Rp2,6 triliun.
Kerugian ekonomi yang terkait dengan kesehatan akibat polusi PLTU Suralaya