Rupiah Merosot Dekati Level Rp16.000 per Dolar AS, Analis Ungkap Sejumlah Penyebabnya
Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan tajam
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan tajam, saat ini rupiah di level Rp15.872 pada Jumat (20/10/2023).
Jika dicermati lebih detail, nilai tukar mata uang Garuda melemah 57 poin. Di mana sebelumnya pada kemarin (19/10/2023), nilai tukar rupiah juga di level Rp15.815.
Pengamat Pasar Uang, Ariston Tjendra mengungkapkan, fluktuasi nilai tukar mata uang Garuda terdampak sentimen ekspektasi bahwa suku bunga Bank Sentral AS alias The Fed, yang kini masih berada di level tinggi dan belum akan segera berakhir.
Baca juga: Rupiah dan IHSG Rontok di Awal Pekan
Selain itu, konflik di Timur Tengah antara Israel-Palestina juga menjadi salah satu sentimen yang membuat indeks dolar menguat.
Dengan demikian upaya Bank Indonesia (BI) mengusung nilai rupiah dengan menaikkan suku bunga ternyata belum berhasil.
"Karena sentimen penekan rupiah terhadap dolar AS seperti konflik Israel-Hamas dan kebijakan suku bunga tinggi AS masih ada, potensi pelemahan rupiah masih terbuka," ungkap Ariston kepada Tribunnews, Jumat (20/10/2023).
"Level Rp16.000 tidak jauh dari level penutupan sekarang, jadi masih mungkin dicapai dengan sentimen saat ini," sambungnya.
Ia melanjutkan, untuk pekan depan, pergerakan nilai tukar rupiah masih akan dipengaruhi oleh isu suku bunga tinggi AS dan konflik Israel Hamas.
Ini memperkuat ekspektasi pasar bahwa kebijakan suku bunga tinggi AS akan bertahan untuk jangka waktu yang lebih lama. Dolar pun menguat di Jumat ini karena hal tersebut.
"Sentimen eksternal tersebut masih kuat mendorong pelemahan rupiah tersebut meskipun suku bunga acuan BI sudah dinaikan," pungkasnya.