Pekan Depan Rupiah Diprediksi Tembus Rp16.000 per Dolar AS, Bagaimana Dampak ke Kantong Orang RI?
Rupiah yang melemah akan berdampak terhadap kenaikan harga-harga, salah satunya harga komoditas.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Selain itu, konflik di Timur Tengah antara Israel-Palestina juga menjadi salah satu sentimen yang membuat indeks dolar menguat.
Dengan demikian upaya Bank Indonesia (BI) mengusung nilai rupiah dengan menaikkan suku bunga ternyata belum berhasil.
Baca juga: Rupiah Makin Terpuruk, Lewati Kurs Terendah Pada 9 April 2020
"Karena sentimen penekan rupiah terhadap dolar AS seperti konflik Israel-Hamas dan kebijakan suku bunga tinggi AS masih ada, potensi pelemahan rupiah masih terbuka," ungkap Ariston kepada Tribunnews, Jumat (20/10/2023).
"Level Rp16.000 tidak jauh dari level penutupan sekarang, Jadi masih mungkin dicapai dengan sentimen saat ini," sambungnya.
Hal senda juga disampaikan, Pengamat Mata Uang Lukman Leong melihat pelemahan rupiah terhadap dolar AS pekan ini dipicu oleh kekhawatiran prospek suku bunga.
Tekanan suku bunga ditambah pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell yang masih bernada Hawkish.
"Kekhawatiran eskalasi perang Israel-Hamas juga terus menekan rupiah," jelas Lukman.
Menurut Lukman, penguatan dolar AS diperkirakan masih berlanjut di pekan depan yang artinya berpotensi menekan rupiah. Investor menantikan data Produk Domestik Bruto (PDB) AS yang diperkirakan tumbuh kuat 4.1%.
Data inflasi PCE tahunan dan inflasi core PCE bulanan juga diperkirakan meningkat, masing-masing 0,3% dan 3,3% yang masih jauh dari target inflasi The Fed di bawah 2%.
Lukman memperkirakan USD/IDR bakal bergerak dalam rentang harga Rp 15.700- Rp 16.000 per dolar AS selama pekan depan.