Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Bisnis Industri Otomotif Bakalan Lesu? Ini Tantangannya di Tahun 2024

Pemerintah Daerah DKI Jakarta menaikkan tarif pajak progresif kendaraan bermotor untuk kepemilikan kedua dan seterusnya sebesar 0,5%.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Bisnis Industri Otomotif Bakalan Lesu? Ini Tantangannya di Tahun 2024
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Pengunjung melihat kendaraan bermotor roda empat pada gelaran pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) Bandung 2023 

Lagi pula, saat ini pajak kendaraan bermotor juga sudah cukup tinggi bagi para konsumen. “Jika dipaksakan, tentu akan menekan pertumbuhan industri otomotif,” kata dia, Selasa (24/1).

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) sendiri menargetkan penjualan mobil nasional akan mencapai 1,1 juta unit pada 2024.

Sementara Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan mengatakan, perlambatan pertumbuhan ekonomi serta suku bunga dan pajak yang tinggi akan sangat mempengaruhi permintaan produk otomotif .

"Terkait dengan faktor Pemilu dalam menahan konsumsi pembelian, saya melihat tidak terlalu signifikan bahkan di satu sisi belanja politik bisa ikut mendorong penjualan mobil," kata Alfred kepada Kontan.co.id, Selasa (23/1).

Penurunan terhadap penjualan mobil di tahun 2023 lebih disebabkan oleh faktor perlambatan pertumbuhan ekonomi, kenaikan suku bunga pembiayaan, dan normalisasi (penurunan) harga komoditas.

Tahun ini, faktor-faktor tersebut masih akan menjadi pengaruh terbesar terhadap pencapaian target penjualan kendaraan. Selain itu, diprediksi pertumbuhan ekonomi akan kembali melambat, suku bunga di semester I juga masih tidak akan turun.

"Kami melihat hasil penjualan mobil di tahun ini masih akan stagnan," tutur Alfred.

Berita Rekomendasi

Penjualan tertinggi mobil terjadi di tahun 2014 sebanyak 1,2 juta unit. Setelah itu, penjualan mobil terus turun hingga tahun 2019 sebanyak 1,03 juta dan baru pada 2022 kembali pulih setelah pandemi.

"Tahun ini juga kami perkirakan masih berjuang bisa mencapai 1 juta unit untuk penjualan domestik. Jadi untuk pasar otomotif dalam negeri relatif masih berat untuk mencari pertumbuhan," lanjut dia.

Penjualan otomotif bisa terangkat jika pertumbuhan ekonomi melaju. Selain itu, kenaikan harga komoditas berpotensi ikut mengerek permintaan kendaraan.

Penurunan suku bunga yang diperkirakan akan terjadi di tahun ini akan menjadi sentimen positif bagi sektor otomotif. Lalu, tarif pajak yang juga mempengaruhi permintaan di produk otomotif, apalagi pada kondisi ekonomi yang tumbuh melambat.

Harga kendaraan yang naik akibat pajak akan menjadi sensitif terhadap minat konsumen. Namun saat ekonomi sedang ekspansi, pajak tidak akan menjadi sentimen signifikan terhadap permintaan.

"Terakhir, yaitu insentif yang menurut kami sangat diperlukan bagi sektor otomotif. Insentif menjadi perlu karena sektor otomotif ini memiliki pengaruh yang besar terhadap sektor lainnya. Contoh industri komponen, jasa keuangan (pembiayaan, asuransi), manufaktur," kata Alfred.

Alfred bilang, saham PT Astra International Tbk (ASII) yang sangat identik dengan sektor otomotif memiliki valuasi menarik dengan PER 6x. "Secara valuasi termasuk murah apalagi dengan historis dividennya yang tahun buku 2023 kami perkirakan bisa memberikan yield double digit," ujar Alfred.

Menurut dia, di sektor ini yang menarik adalah sektor pendukung seperti sektor komponen yaitu anak usahanya PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) dengan PER 6,5x, secara pertumbuhan AUTO punya besaran yang lebih tinggi sehingga harganya saat ini lebih menarik. Sektor komponen lainnya adalah PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) yang juga valuasi yang randah dengan PER 4x. (Kontan/Dimas Andi)

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas