Mahalnya Harga Tiket Pesawat Disebut Bukan Akibat Avtur, Tapi Hal Ini
Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (PUSKEPI) Sofyano Zakaria mengatakan, pernyataan avtur menjadi penyebab mahalnya tiket pesawat tidak tepat
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bahan bakar minyak (BBM) jenis avtur disebut menjadi penyebab mahalnya harga tiket pesawat di Indonesia.
Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (PUSKEPI) Sofyano Zakaria mengatakan, pernyataan avtur menjadi penyebab mahalnya tiket pesawat tidak tepat karena jika dibandingkan negara lain harga avtur di Indonesia masih jauh lebih murah.
Baca juga: BPH Migas Catat Kenaikan Konsumsi Gasoline hingga Avtur pada Periode Libur Akhir Tahun 2023
"Harga avtur di Indonesia itu masih lebih murah dibandingkan dengan Singapura misalnya, jadi kalau dibilang harga avtur menyebabkan harga tiket penerbangan mahal itu salah besar," kata Sofyano ditulis Kamis (8/2/2024).
Menurut Sofyano, harga avtur juga tidak memiliki andil yang besar dalam komponen pembentukan harga tiket pesawat. Di samping itu wilayah Indonesia yang luas membuat harga avtur berbeda-beda di setiap bandara.
"Bandara kita tersebar di seluruh Indonesia, harga avtur kita kan macam-macam ini kan sesuai juga dengan kondisi wilayahnya, tidak mungkin harga avtur di Jakarta sama dengan di Papua," tuturnya.
Harga avtur juga mengacu harga minyak dunia, itu sebabnya harga bahan bakar tersebut pun akan berubah mengikuti fluktuasi harga minyak dunia.
Sofyano melanjutkan, kondisi geografis Indonesia yang beragam membuat penyaluran avtur di Indonesia sangatlah rumit, hal ini membuat tingginya biaya logistik.
Namun badan usaha yang kini ditugaskan menyalurkan avtur yaitu Pertamina masih berupaya membuat harga avtur di bandara yang berada di wilayah terpencil tetap standar.
“Dengan mengingat luas wilayah kita dengan problem transportasi yang sedemikian rupa, harga avtur yang ada di kita punya masih standar, dibilang mahal sekali enggak, dibilang murah sekali tidak. Banyak negara lain yang kondisinya hampir sama dengan kita harganya lebih tinggi dari kita," paparnya.
Dia pun menyinggung terkait pandangan bisnis avtur yang dimonopoli sehingga harganya mahal. Ia menyebut tidak ada badan usaha yang berminat memasok avtur di bandara yang berada di wilayah terpencil.
"Itu lagi terkait, pertamina akan dilaporkan ke KPPU katanya harganya monopoli. Dituduh monopoli penyebab harga avtur mahal. Sekarang memangnya ada swasta yang mau jualan avtur di Papua, memangnya ada yang mau jual di Kalimantan, atau wilayah terpencil lain,” ujarnya.
Baca juga: Perluas Pasar Avtur Secara Global, Pertamina Patra Niaga Jalin Kerja Sama dengan ENOC
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyampaikan, avtur bukan satu-satunya pembentuk harga pesawat. Ada faktor-faktor lain yang ikut andil dalam penentuan harga tiket pesawat.
Hal itu dikatakannya telah dibahas dalam Rapat Terbatas mengenai interkoneksi dan destinasi di awal tahun. Harga avtur tidak berdampak signifikan terhadap harga tiket pesawat.
"Walaupun bebearpa kali diangkat sebagai salah satu penyumbang tingginya harga tiket, tapi ternyata kalau dibandingkan dengan negara lain dan karena strukturnya, bukan hanya avtur tapi ada pajak," jelas Sandiaga.
Untuk mengatasi mahalnya harga tiket pesawat, Sandiaga mengatakan pihaknya mendorong untuk menambah ketersediaan pesawat agar dapat melayani banyak rute di Indonesia.
"Maka kita harus menambah 700 pesawat, sehingga ada peningkatan jumlah penrbangan dan ketersedian kursi. Inii faktor utama kenapa harga mahal di tahun lalu dan dirasa sampai awal tahun ini," ucap dia.