Buktikan Bertani Bisa Menguntungkan, Pemuda Sumbawa Ini Raih Omzet Hingga Ratusan Juta
Belakangan, minat generasi muda terjun menjadi petani ditengarai semakin menurun. Mereka lebih memilih profesi sebagai pegawai atau bekerja di bidang
Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Choirul Arifin
"Bertani itu ternyata yang dari dulu kita anggap itu jelek, ternyata salah satu sumber penghasilan terbesar ya dengan bertani," tambahnya.
Gunakan Teknologi Bertani
Hamdan mulai berkenalan dengan teknologi pertanian sejak awal 2021 lewat program Better Life Farming dari Bayer.
Program ini mengenalkan beragam teknologi terbaru dari segi pertanian. Di antaranya, penggunaan pestisida secara tepat dan bijak dengan alat terbaru.
Kemudian penggunaan aplikasi pemberian pupuk yang tepat dan untuk mencari tahu kapan waktu pemupukan yang benar.
Dia juga terbantu dalam pemilihan benih yang cocok.
Tidak ketinggalan diberikan pula pelatihan terkait pertanian sehingga penghasilannya perlahan meningkat.
"Awal hasil padi di Sumbawa itu rata-rata 6-7 ton per hektar, sekarang saya berani sebut di angka 11 ton per hektarnya untuk padi. Itu dalam satu tahun," ucap Hamdan.
Perlahan, anggapan profesi bertani tidak lagi menjanjikan di kalangan pemuda desa Hamdan pun berubah.
"Teman-teman muda yang awalnya enggan bertani akhirnya berpikir petani salah satu penghasilan yang bagus,"
Baca juga: Iron Man dari Bali Tawan Kini Bertani di Lahan Kering Setelah Robot Rakitannya Rusak
Namun Hamdan tidak menampik jika respons awal masyarakat dengan teknologi tidak terlalu bagus.
"Respons awalnya asing, memang. Jadi menerimanya tetap teman-teman pemuda yang ingin terlibat dengan pertanian," imbuhnya.
Traktor pun baru masuk ke Sumbawa pada tahun 2010. Petani dari generasi tua masih suka membajak sawah menggunakan kerbau.
Padahal waktu yang dihabiskan sangatlah lama. Belum lagi tenaga yang terkuras banyak. Selain itu, petani generasi lama masih beranggapan jika menggunakan traktor lebih berat dan mahal.