Rupiah Makin Loyo Tembus Rp16.000, Menko Airlangga Pamer RI Masih Lebih Baik dari Malaysia dan China
Pelemahan nilai tukar rupiah cenderung lebih baik karena ditopang oleh fundamental perekonomian yang masih sangat kuat.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Seno Tri Sulistiyono
"Pada prinsipnya, deeskalasi ataupun menahan diri adalah hal yang sangat penting utamanya buat negara negara yang terlibat di sana," katanya.
Menurut Airlangga terdapat potensi lonjakan harga minyak mentah dunia akibat serangan Israel ke kedutaan Iran di Damaskus, serta serangan balasan Iran ke Israel.
Pasalnya akibat konflik kedua negara, distribusi BBM akan terganggu. Di wilayah Selatan Iran terdapat Selat Hormuz yang merupakan salah satu jalur perdagangan minyak dunia.
"Dari segi ekonomi Laut Merah dan Selat Hormuz itu menjadi penting, terutama karena selat Hormuz 33 ribu kapal minyak dan Laut Merah 27 ribu (kapal). Dan peningkatan freight cost (ongkos angkut) menjadi salah satu yang harus dimitigasi," katanya.
Meskipun demikian kata Airlangga, Indonesia tidak perlu terlalu khawatir.
Secara fundamental perekonomian Indonesia tumbuh solid di angka 5 persen dengan inflasi 2,5 plus minus 1 Persen.
Selain itu neraca perdagangan surplus dan cadangan devisa masih sekitar 136 miliar USD.
"Dari segi pasar keuangan, dolar index menguat di tengah rilis ekonomi Amerika yang menguat kemudian eskalasi tentu meningkatkan ketidakpastian dan tentu yang harus dimitigasi adalah beralihnya aset ke safe haven, emas US dolar, dan nikel alami kenaikan," tuturnya.
Menurut Airlangga meskipun konflik Iran-Israel menekan nilai tukar dan IHSG sehingga mengalami pelemahan secara global, namun bagi Indonesia masih dinilai aman terutama dibandingkan negara sesama (peer countries).
Meskipun demikian kata dia pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan untuk meredam dampak tersebut.
"Dan tentu kita perlu melakukan beberapa kebijakan. Antara lain bauran fiskal dan moneter, menjaga stabilitas nilai tukar, menjaga APBN, dan memonitor kenaikan harga logistik dan minyak,"katanya.
Selain itu kata Airlangga, pemerintah terus memonitor dampak dari pelemahan rupiah terutama terhadap ekspor dan impor.