Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Nilai Tukar Rupiah Telah Menguat ke Level Rp16.263, Berikut Ramalan untuk Pekan Depan

Rupiah rebound karena sentimen positif dari Bank Sentral Eropa (ECB) yang memangkas suku bunga acuan untuk pertama kali sejak 2019.

Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Nilai Tukar Rupiah Telah Menguat ke Level Rp16.263, Berikut Ramalan untuk Pekan Depan
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Karyawati menunjukkan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta. Jumat (7/6), rupiah spot ditutup hijau di level Rp 16.196 per dolar Amerika Serikat (AS) dari posisi kemarin Rp 16.263 per dolar AS. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada pekan ini mengalami penguatan, di mana rupiah spot naik sekitar 0,35 persen dari posisi akhir pekan lalu Rp 16.253.

Mengutip Bloomberg, Jumat (7/6), rupiah spot ditutup hijau di level Rp 16.196 per dolar Amerika Serikat (AS) dari posisi kemarin Rp 16.263 per dolar AS.

Data rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) ditutup pada level Rp 16.218 per dolar AS di Jumat (7/6).

Nilai rupiah Jisdor menguat sekitar 0,37% dari sehari sebelumnya yang berada di Rp 16.279 per dolar AS. Dalam sepekan, rupiah Jisdor naik 0,20% dari posisi akhir pekan lalu Rp 16.251 per dolar AS.

Baca juga: Israel Serang Rafah, Nilai Tukar Rupiah Diprediksi Makin Melemah ke Level Rp16.350

Pada Rabu (5/6), rupiah sempat anjlok ke Rp 16.287 per dolar AS yang merupakan posisi terlemah sejak April 2020 atau dalam 4 tahun terakhir.

Namun rupiah di perdagangan hari lainnnya dalam tren naik, walau dalam rentang terbatas.

“Rupiah mencatat penguatan di akhir perdagangan pekan ini setelah mengalami tekanan yang cukup dalam,” jelas Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures, Nanang Wahyudin dikutip dari Kontan.co.id, Sabtu (8/6/2024).

Berita Rekomendasi

Menurut Nanang, rupiah rebound karena sentimen positif dari Bank Sentral Eropa (ECB) yang memangkas suku bunga acuan untuk pertama kali sejak 2019.

Ditambah dengan kabar domestik terkait posisi cadangan devisa yang naik pertama kali setelah 4 bulan berturut-turut longsor, sehingga menjadi penopang bagi rupiah.

Penguatan rupiah juga didukung oleh optimisme di pasar obligasi domestik, di mana mayoritas kurva yield bergerak menurun. Imbal hasil tenor 10 tahun terkikis turun ke 6,90%, tenor 2 tahun masih naik ke 6,589%, yield 5 tahun tergerus ke 6,85%.

Nanang menambahkan, koreksi dolar AS turut andil di balik penguatan rupiah hari ini seiring penantian terhadap publiasi angka ketenagakerjaan di Jumat (7/6) malam.

Data baru ketenagakerjaan AS sangat ditunggu para pelaku pasar untuk memperhitungkan peluang penurunan bunga The Fed tahun ini.

“Bila prediksi pelaku pasar itu akurat, laporan nanti malam akan memperkuat pandangan bahwa perekonomian terbesar di dunia itu tengah melambat dari laju pertumbuhan yang kuat seperti tahun lalu. Namun, perlambatan itu tidak cukup banyak hingga membuat The Fed bergegas menurunkan bunga acuan,” jelas Nanang.

Pengamat Mata Uang Ariston Tjendra menilai, secara keseluruhan rupiah masih berkonsolidasi terhadap dolar AS. Rupiah masih sulit menguat tajam, meskipun pada akhirnya bisa ditutup menguat di akhir pekan.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas