Rasio Utang RI Diklaim Paling Rendah di Antara Negara-negara G20, Ekonomi Tumbuh di Kisaran 5 Persen
Kondisi politik dan ekonomi Indonesia diklaim tetap stabil dan mampu tumbuh secara berkelanjutan di tengah kondisi ketidakpastian global.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Choirul Arifin
Rasio Gini dalam kisaran 0,379–0,382. Indeks Modal Manusia (IMM) pada level 0,56. Nilai Tukar Petani (NTP) ditingkatkan di kisaran 115–120. Nilai Tukar Nelayan (NTN) dijaga di kisaran 105–108.
Menutup pidatonya, Presiden Jokowi menyampaikan harapan agar pembahasan RAPBN 2025 dapat dilakukan secara konstruktif untuk mewujudkan Indonesia yang maju, adil, dan makmur, sesuai visi Indonesia Emas 2045.
Baca juga: Ekonom Beri Catatan RAPBN 2025: Ada Kemungkinan Subsidi BBM Dikurangi, Harga Naik?
“Semoga Allah Swt senantiasa memberikan rahmat dan ridho-Nya bagi kita semuanya dalam melaksanakan tugas dan amanah untuk menyejahterakan rakyat dan kemajuan Indonesia,” tutupnya.
Penerimaan Pajak Merosot
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Puan Maharani mengatakan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam lima tahun terakhir melakukan penarikan utang besar.
Menurutnya, instrumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami koreksi sangat dalam untuk menangani berbagai urusan kebutuhan rakyat.
Kondisi ini diperburuk akibat terjadinya guncangan stabilitas perekonomian global yang kian terpuruk dipengaruhi faktor eksternal.
“Pilihan pahit yang kita tempuh dengan penarikan utang yang sangat besar dampak turunnya penerimaan perpajakan, kebutuhan belanja subsidi yang meningkat sangat besar,” ujar Puan dalam Pidato Presiden RI tentang RUU APBN Tahun Anggaran 2025 Beserta Nota Keuangannya di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2024).
Ketua DPP PDI Perjuangan itu menyebut dalam lima tahun Indonesia menghadapi berbagai tantangan seperti pandemi COVID-19, regional antar negara, ketegangan geopolitik di Timur Tengah, krisis pangan hingga krisis energi global.
Berbagai gejolak tersebut mengakibatkan ketidakpastian serta berdampak langsung terhadap aktivitas kehidupan sebagai bangsa dan negara.
"Lima tahun terakhir perjalanan kita seperti berlayar menghadapi terpaan badai gelombang pasang surut yang tidak pernah berhenti," terangnya.
Namun demikian, seluruh pemangku kepentingan, elemen masyarakat termasuk TNI - Polri dapat bergotong royong alhasil kemungkinan terburuk terhadap negara dapat diatasi. (Tribun Network/Reynas Abdila)