Sederet Pembangunan Transportasi Era Presiden Jokowi Selama Satu Dekade
Kemenhub telah melakukan pembangunan proyek infrastruktur transportasi selama 10 tahun terakhir atau sepanjang masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo
Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Hendra Gunawan
Hingga saat ini, telah terbangun jalur kereta sepanjang 118 km, dimana 90 km-nya yaitu mulai dari Stasiun Maros sampai ke Stasiun Barru sudah siap dioperasikan dengan melintasi 10 stasiun, dengan 2 (dua) set rangkaian yang mampu menampung 248 orang/rangkaian.
Kereta ini mampu melaju hingga 90 km per jam, sehingga memangkas waktu tempuh dari Makassar menuju Parepare yang semula 3 jam menjadi 1,5 jam saja. Rencananya, kereta ini akan dioperasikan 8 perjalanan per hari.
27 bandara baru
Selama masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo sejak tahun 2014 hingga 2024, Indonesia telah banyak melakukan pengembangan infrastruktur transportasi udara yang bertujuan untuk meningkatkan konektivitas dan pelayanan kepada masyarakat, terutama di daerah 3TP (terluar, terpencil, tertinggal, dan perbatasan).
Selain pembangunan bandara baru, juga telah dilakukan rehabilitasi dan pengembangan fasilitas bandara, dengan tujuan untuk meningkatkan standar layanan dan keselamatan penerbangan. Fasilitas-fasilitas baru dan ditingkatkan seperti landas pacu yang diperpanjang, terminal yang diperluas, dan berbagai rehabilitasi lainnya. Setidaknya terdapat 64 bandara yang direhabilitasi dan dikembangkan.
Adapun 27 Bandar Udara baru tersebut antara lain:
- Bandara Letung Anambas, Kepulauan Riau;
- Bandara Tambelan, Kepulauan Riau;
- Bandara Haji Muhammad Sidik Muara Teweh, Kalimantan Tengah;
- Bandara Maratua, Kalimantan Timur;
- Bandara Morowali, Sulawesi Tengah;
- Bandara Siau, Sulawesi Utara;
- Bandara Miangas, Sulawesi Utara;
- Bandara Koroway Batu, Papua;
- Bandara Kertajati, Jawa Barat;
- Bandara Tebelian, Kalimantan Barat;
- Bandara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto, Kalimantan Timur;
- Bandara Buntu Kunik, Sulawesi Selatan;
- Bandara Kabir, Nusa Tenggara Timur;
- Bandara Namniwel, Maluku;
- Bandara Werur, Papua;
- Bandara Rokot Sipora, Sumatera Barat;
- Bandara Ngloram, Jawa Tengah;
- Bandara Siboru, Papua Barat;
- Bandara Nabire Baru, Papua Tengah;
- Bandara Kediri, Jawa Timur;
- Bandara Singkawang, Kalimantan Barat;
- Bandara Banggai Laut, Sulawesi Tengah;
- Bandara Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara;
- Bandara Mandailing Natal, Sumatera Utara; dan
- Bandara Pohuwato, Gorontalo;
- Bandara Kulon Progo, Yogyakarta;
- Bandara Sobaham, Yahukimo.
Pembangunan infrastruktur modern Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung merupakan ikon sekaligus momentum Indonesia melakukan modernisasi transportasi massal di era kemajuan yang sedang berlangsung terus menerus.
Kereta Cepat Jakarta Bandung melintasi beberapa stasiun, mulai dari Stasiun Halim - Stasiun Karawang - Stasiun Padalarang yang akan ditempuh kurang lebih 36-45 menit.
Selanjutnya dari stasiun Padalarang akan menjadi stasiun perjumpaan antara kereta cepat dengan kereta feeder Kereta Cepat Jakarta Bandung yang akan menuju Stasiun Bandung ( menggunakan kereta feeder ) dengan waktu tempuh kurang lebih 22 menit.
Pada 2 Oktober 2023 lalu, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo resmikan Kereta Cepat Whoosh Jakarta Bandung dan merupakan Kereta Cepat pertama di Indonesia serta Asia Tenggara.
Presiden Jokowi menjelaskan, kereta cepat Jakarta-Bandung ini menandai modernisasi transportasi massal yang efisien, ramah lingkungan dan terintegrasi dengan moda transportasi lainnya termasuk terintegrasi dengan TOD (Transit Oriented Development). Proyek Kereta Cepat, MRT, dan LRT ini merupakan hal baru bagi masyarakat Indonesia khususnya dari sisi teknologi, kecepatan, konstruksi dan juga model pembiayaan.
“Kita tidak boleh takut belajar, mencoba hal-hal baru yang dalam prosesnya bisa muncul hal-hal yang tidak terduga, kesulitan di lapangan, masalah-masalah, dan ketidaksempurnaan. Pengalaman itu mahal, namun sangat berharga, dan kita tidak perlu takut karena jika kita konsisten, kesalahan itu akan semakin sedikit, biaya kesalahan juga akan semakin menurun, dan pada akhirnya, biaya produksi, biaya proyek, lama kelamaan akan semakin rendah,” ujar Presiden Jokowi.