Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Menilik Lebih Dekat Pusat Budidaya Maggot Binaan Perusahaan Tambang di Banyuwangi

Pusat budidaya ini terletak di Desa Siliragung, Kecamatan Siliragung, Banyuwangi, Jawa Timur.

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Menilik Lebih Dekat Pusat Budidaya Maggot Binaan Perusahaan Tambang di Banyuwangi
Endrapta Pramudhiaz/Tribunnews.com
Sundarianto (baju hijau kiri) dan Muhammad Ardyfendyka (baju hijau kanan). 

Kemudian, saat menginjak usia 3 sampai 5 hari, para larva siap mengonsumsi seluruh limbah organik yang telah disiapkan.

Satu kilogram maggot bisa mengonsumsi 10 kilogram sampah sampai masa habis hidupnya. Di pusat pembudidaya ini, rata-rata per pekannya menghasilkan 100 kilogram maggot. 

Selanjutnya, ketika larva sudah berusia 15-18 hari, Ardy dan kawan-kawannya siap melakukan panen maggot.

50 persen hasil panen kemudian dijual, sedangkan 50 persen sisanya mereka putar lagi ke awall siklus memproduksi maggot.

Maggot yang sudah dipanen bisa dijual dan dimanfaatkan oleh peternak untuk pakan. Biasanya, ini merupakan alternatif pakan bagi unggas dan ikan hias seperti koi.

Maggot juga bisa dikeringkan dan dikonsumsi oleh manusia. Kami diberi kesempatan untuk memakannya.

Para awak media tampak ragu ketika disuguhi maggot yang telah dikeringkan. Namun, salah satu peternak berbaju hitam memakannya dan menunjukkan bahwa ini aman.

BERITA REKOMENDASI

Repoter Tribunnews ikut mencoba maggot yang telah dikeringkan. Sempat ragu ketika menggenggam maggot kering tersebut, tetapi ternyata rasanya biasa saja.

Rasanya seperti makan keripik. Pikiran saat itu yang terbayang adalah bagaimana jika memakannya dengan nasi hangat dan sambal.

Maggot kering juga tampaknya bisa menjadi alternatif menu Makan Bergizi Gratis. Sebab, para pembudidaya ini semangat sekali menyebutkan bahwa kandungan protein maggot kering sangat tinggi.

Kembali ke proses pemanenan maggot. 50 persen maggot yang tidak dijual ini akan dibiarkan menjadi pupa atau kepompong untuk kemudian menetas menjadi lalat kembali.

"Setelah jadi lalat, kembali lagi siklus awal. Dia kawin, dia bertelur lagi, sampai jadi maggot lagi, dan jadi lalat lagi," ucap Ardy.


Untuk 50 persen maggot yang dijual, pusat budidaya ini menjual maggot segar yang sudah diolah menjadi bubuk cair seharga Rp 6 ribu per kilogram. Namun, jika yang sudah dikeringkan, bisa mencapai Rp 70-80 ribu.

Pembeli juga bisa mendapatkan maggot segar dengan harga Rp 800 per kilogram, tetapi tidak akan mendapatkan yang sudah diolah menjadi bubuk cair.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas