Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

PSAK 117 Jadi Tantangan Industri Asuransi Kerugian di 2025

PSAK 117 merupakan adopsi dari IFRS 17 oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI)

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in PSAK 117 Jadi Tantangan Industri Asuransi Kerugian di 2025
dok.
Direktur Utama Jasa Raharja Putera, Abdul Haris, di acara media gathering di Jakarta, Rabu, 18 Desember 2024. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Choirul Arifin 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 117 yang akan berlaku di Indonesia pada 1 Januari 2025 menjadi salah satu tantangan bagi industri asuransi kerugian di Indonesia. 

PSAK 117 adalah standar akuntansi yang mengatur tentang kontrak asuransi dan mencakup pedoman serta aturan baru dalam penyusunan laporan keuangan. 

PSAK 117 merupakan adopsi dari IFRS 17 oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI). Penerapan standar PSAK mulai 1 Januari 2025 sebenarnya sudah mundur dua tahun dari penerapan secara internasional yang sudah mulai diterapkan sejak 1 Januari 2023.

"Dunia asuransi saat ini menghadapi tantangan operasional yang cukup sulit. Tantangan-tantangan tersebut adalah tingkat literasi, PSAK 117, cyber crime serta perekonomian melemah," ungkap Direktur Utama Jasa Raharja Putera, Abdul Haris, di acara media gathering di Jakarta, Rabu, 18 Desember 2024.

Tantangan lainnya adalah bonus demografi/digital marketing serta persaingan bisnis.

"Seperti PSAK yang jadi tantangan kami, kami harus pilih fokuskan bisnis mana yang kami harus pilih agar bisnis kami terus bertumbuh. Saat ini kami concern garap bisnis asuransi public liabilities (tanggungan pihak ketiga) seperti asuransi pengunjung destinasi wisata," ujar
Abdul Haris.

Baca juga: Ini Langkah Perusahaan Asuransi Hadapi Implementasi PSAK 117

Berita Rekomendasi

Dia mengatakan, saat ini total 616 destinasi wisata yang telah bekerja sama dengan perusahaannya, seperti Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Kebun Raya, Candi Borobudur, Taman Safari, Jatim Park dan sejumlah destinasi wisata besar di Bali.

Untuk garap bisnis public liabilities dan asuransi perjalanan, perusahaan sudah menyiapkan aplikasi digital EZurance untuk memudahkan kami masuk ke pasar ritel.

"Bisnis asuransi adalah bisnis kepercayaan dan reputasi. Sampai November 2024 perusahaan sudah bisa realisasikan target laba," ungkapnya.

Abdul Haris menjelaskan, laju inflasi juga sangat mempengaruhi penjualan polis oleh industri asuransi karena berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat.

"Yang bisa dilakukan oleh industri asuransi saat ini adalah ciptakan produk asuransi yang simpel dan murah. Itu juga menjadi cara kami mengatasi daya beli yang menurun," bebernya.

Dia mencontohkan, saat ini pihaknya seriu mengembangkan asuransi kendaraan bermotor dengan premi sangat murah. Begitu juga asuransi perjalanan dengan premi murah, hanya Rp7 ribuan per minggu.

"Pada industri asuransi kerugian umum pendapatan premi terbesar memang di properti dan kendaraan. Tapi di kami pendapatan premi terbesar kami justru dari asuransi ritel dan asuransi public liabilites," ujarnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas