Perawat dan Dokter RSUP Persahabatan Dapat Stigma Negatif dari Masyarakat, Sempat Menginap di RS
Para staf medis, termasuk perawat dan dokter Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan sempat mendapat perlakuan diskriminatif dari lingkungan.
Editor: Miftah
"Pagi ini saya sudah dapat informasi valid bahwa mereka sudah dicarikan tempat oleh direktur rumah sakit," jelas Harif, Rabu.
Di samping itu, Harif berujar bahwa RSUP Persahabatan turut memfasilitasi mereka dengan tunjangan akomodasi di tempat barunya.
Rita mengonfirmasi hal tersebut.
Ia menyampaikan bahwa ada beberapa donatur yang bersedia menawarkan bantuan akomodasi bagi para petugas medis itu.
"Sudah banyak yang bantu ada hotel, apartemen mereka semua siap membantu memberikan tempat kepada perawat-perawat tersebut. Kami mengucapkan terima kasih," kata Rita.
"Bukan artinya mereka tidak kembali ke kost-nya. Mereka masih bisa tinggal di tempat kost tersebut, cuma kami nanti mencarikan solusinya," lanjut dia.
Tak perlu takut pada perawat
Harif Fadhillah menyatakan bahwa para perawat telah melalui protokol kesehatan yang ketat sebelum pulang dari rumah sakit tempatnya bertugas.
Protokol ketat itu untuk menjamin bahwa para perawat tidak membawa penyakit usai berkontak dengan pasien di rumah sakit.
Protokol yang sama juga berlaku bagi para perawat yang "bertempur" siang-malam di menangani pasien Covid-19 di Indonesia.
"Pertama, ketika sampai ke rumah sakit, juga mereka harus mengganti pakaian yang memang digunakan untuk merawat pasien. Mereka tidak boleh membawa atau memakai pulang pakaian yang mereka kenakan di rumah sakit," terang Harif.
Selain itu, para perawat diharuskan mandi dengan disinfektan di rumah sakit ketika selesai bertugas.
Kemudian, para perawat juga diwajibkan mematuhi prinsip-prinsip pencegahan penularan virus selama perjalanan menuju tempat tinggal.
Harif menyebut, para perawat ibaratnya sudah paham betuk dengan protokol ini guna tidak membawa penyakit dari rumah sakit ke lingkungan sekitarnya.