Fiji Jadi Negara Pasifik Pertama yang Terima Vaksin Covid-19 Via COVAX
Kepulauan Fiji menjadi negara Pasifik pertama yang menerima bantuan vaksin virus corona (Covid-19) melalui skema COVAX yang diinisiasi WHO.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
"Batch pertama vaksin ini ditujukan untuk dokter, perawat, inspektur kesehatan, staf fasilitas karantina, staf penerbangan dan maritim, serta anggota pasukan disiplin kami yang telah mempertahankan perbatasan kami selama pandemi ini," tegas Bainimarama.
Tenaga kesehatan dan petugas pelayanan publik Fiji berada di deretan awal strateginya untuk mengendalikan virus ini.
"Mereka adalah yang pertama menerima vaksin karena untuk alasan yang jelas mereka menghadapi risiko tertinggi terpapar virus," papar Bainimarama.
Baca juga: 2.500 Lansia di DKI Jakarta Mendapatkan Vaksinasi Covid-19
Sementara itu UNICEF di Pasifik mengatakan kedatangan vaksin ini menandai awal yang penting bagi inisiatif COVAX di kawasan itu.
Perwakilan UNICEF Sheldon Yett mengatakan vaksin untuk Fiji ini diproduksi di Korea Selatan.
Peran UNICEF dalam program ini adalah untuk memastikan vaksin tersebut dibawa secara aman ke fasilitas rantai dingin.
"Fiji memiliki kapasitas untuk menyimpan vaksin. Bersama dengan mitra kami di WHO, kami telah melakukan penilaian pada fasilitas rantai dingin di Fiji sehingga kami yakin dengan kapasitas di sini," tegas Yett.
Yett kemudian menjelaskan bahwa ini merupakan langkah permulaan untuk mengatasi pandemi.
"Vaksin ini dibawa ke sini oleh fasilitas COVAX yang dipimpin oleh Gavi serta didukung oleh WHO dan mitranya. Vaksin ini dirancang untuk mendukung kelompok paling rentan termasuk tenaga kesehatan Fiji," papar Yett.
Menurutnya, pendistribusian vaksin COVAX ini merupakan bagian penting dalam menangani pandemi di negara itu.
"Kami senang dengan kedatangan vaksin ke Fiji. Ini adalah bagian penting dari upaya global kami untuk mengatasi pandemi ini dan sangat penting bahwa vaksin tiba di sini di Pasifik," tutur Yett.
Fiji memiliki 63 kasus positif terinfeksi Covid-19, rinciannya adalah 7 kasus aktif dan masih dalam masa karantina perbatasan, lalu 54 dalam kondisi pulih serta 2 mengalami kematian.
Kementerian Kesehatan Fiji pum mengatakan bahwa negara itu tidak memiliki kasus di luar karantina perbatasan selama 320 hari terakhir.