Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tanpa APD Tanpa Jaga Jarak, Hanya Pakai Masker, Anggi Rawat Ibunya yang Sakit Covid Hingga Sembuh

Banyaknya rumah sakit yang kewalahan menerima pasien Covid-19 memaksa Anggi Oktarinda memutuskan untuk merawat sendiri ibunya di rumah.

Editor: Muhammad Barir
zoom-in Tanpa APD Tanpa Jaga Jarak, Hanya Pakai Masker, Anggi Rawat Ibunya yang Sakit Covid Hingga Sembuh
Facebook/Anggi Oktarinda
FOTO BERSAMA- Foto bersama saat Anggi Oktarinda bersama ibunya di Mekkah beberapa waktu lalu. 

Satu urusan sudah beres: memberitahu yang bersangkutan.

Nah, selanjutnya apa nih langkah yang harus diambil? Aku pun beranjak dengan jemari tangan yang sibuk mencari informasi sekaligus berkomunikasi dengan beberapa sahabat dan saudara yang punya pengalaman di kasus ini.

Dari situ didapat:
- Swab seluruh anggota keluarga lain yang serumah
- Lapor puskesmas setempat
- Minta obat (antivirus dan penurun demam) dan vitamin
- Siapkan peralatan-peralatan penunjang seperti: oksimeter untuk mengukur saturasi, thermometer untuk mengukur suhu, alat pengukur tensi darah, alat pengukur gula darah, dan tabung oksigen.

Setelah itu, terapi bagi diri pasien:
- Makanan dan minuman yang perlu dikonsumsi, termasuk multivitamin dan obat-obatan
- Proning position
- Cuci mulut sehari minimal 3 kali sehari pakai antiseptik
- Cuci hidung juga minimal 3 kali sehari pakai larutan garam atau NaCl
- Jaga imun lewat jaga pikiran untuk tetap positif dan yakin

Qodarullah, setelah swab keluarga, sebagian besar positif. Yang negatif justru mereka-mereka yang "lemah", para tante yang sudah sepuh dan para krucil.

Alhamdulillah.. Langsung deh yang negatif-negatif ini diungsikan ke rumah satu lagi. Sementara di rumah ini, isinya adalah orang-orang yang positif, kecuali aku. Karena salah satu suspectnya ibu sendiri (yakali ninggalin doi di kondisi begini).

Satu urusan selanjutnya pun beres.

Berita Rekomendasi

Nah sekarang, teknis perawatan pasien. Awalnya, kami memang tidak punya peralatan-peralatan penunjang seperti yang perlu dipersiapkan di atas. Begitu dapat kabar ibu positif, besoknya aku langsung cari alat-alat tersebut ke apotek-apotek seantero Bandung, Kota dan Kabupaten.

Pengukur gula dapat. Thermometer ketemu. Kalau pengukur tensi memang sudah ada. Tinggal oksimeter, di beberapa tempat habis semua. Juga penyewaan oksigen nihil. Akhirnya beli oxycan sampai 4 kaleng untuk jaga-jaga.

Setelah itu belanja bahan makanan, termasuk madu, vitamin C, vitamin D3, Zinc, multivitamin, susu UHT, yakult, rerotian, bebiskuitan, sesayuran, bebuahan, teteluran, pokonya sebangsaning bebahanan buat perlengkapan isoman beberapa hari ke depan.

Akhirnya, yang oksimeter ini didapat dari online shop. Tapi..... ini nyampainya lama banget. Aku baru memegang oksimeter di hari Kamis atau di hari ke-3 kami isoman. Oya, kenapa kami isoman? Karena yaaa... sepengetahuan awam kami, kondisi ibu waktu itu, juga kondisi beberapa anggota keluarga kami yang terpapar, masih tergolong belum perlu ke RS.

Meskipun begitu, beberapa kenalan sudah menyarankan aku untuk mulai bersiap nyari RS, jika sewaktu-waktu diperlukan.

Urusan antivirus juga jadi cerita. Setelah lapor RT dan puskemas setempat, kami dapat pasokan antivirus, obat penurun demam, vitamin C, D, juga zinc. Kulaporkan lah ke kakak yang berprofesi dokter di sebuah RS Jakarta.

Yang bersangkutan protes, "Itu antivirusnya kurang bangettt. Dosisnya rendah banget itu, ga sesuai sama prosedur penanganan Covid. Coba minta lagi ke puskesmas atau cari ke apotek."

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas