Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tanpa APD Tanpa Jaga Jarak, Hanya Pakai Masker, Anggi Rawat Ibunya yang Sakit Covid Hingga Sembuh

Banyaknya rumah sakit yang kewalahan menerima pasien Covid-19 memaksa Anggi Oktarinda memutuskan untuk merawat sendiri ibunya di rumah.

Editor: Muhammad Barir
zoom-in Tanpa APD Tanpa Jaga Jarak, Hanya Pakai Masker, Anggi Rawat Ibunya yang Sakit Covid Hingga Sembuh
Facebook/Anggi Oktarinda
FOTO BERSAMA- Foto bersama saat Anggi Oktarinda bersama ibunya di Mekkah beberapa waktu lalu. 

Tahu sendiri lah kita, sudah banyak informasi yang beredar, seberapa beratnya dampak Covid-19 ini ke para komorbid dan lansia. Ini dua-duanya. Lansia iya. Komorbid juga iya.

Kulihat ke kamar, ibu yang tampak lemas dan kesakitan sedang bersiap tidur sambil tersenyum dan bertanya, "Kak sudah ada kabar dari klinik?"

Kubalas, "Mama tidur aja, ga usah mikirin dulu. Nanti kalau sudah ada kabar, Anggi kasih tahu." Kucoba menenangkan beliau. Padahal sebetulnya menenangkan diri sendiri.

Sungguh, waktu itu rasanya seperti freezing sesaat. Harus apa nih? Langsung lah ku kontak saudara yang dokter juga sahabat yang pernah punya pengalaman serupa.

Di titik ini, sangat penting dapat informasi dan arahan yang jelas dan terpercaya terkait penanganan Covid-19. Jadi kita tidak salah arah.

Apalagi ini adalah wabah yang berbahaya dan sudah terbukti mampu merenggut jutaan nyawa di dunia. Panik, kaget, gugup, cemas, khawatir, gamang, adalah perasaan yang sangat wajar. Apalagi di saat yang sama, orang-orang dekat di sekitar rumah juga mulai bertumbangan karena wabah ini.

Beberapa bahkan tidak tertolong. Tetapi yang penting kita sadar bahwa kita punya perasaan-perasaan itu, dan sebaik mungkin berusaha kita atasi.

Berita Rekomendasi

Baru deh, keesokan paginya kuwartakan informasi hasil PCR itu kepada ibu. Yaa.. teknisnya, bagi setiap orang bisa berbeda-beda. Intinya kusampaikan, dan -alhamdulillah banget- beliau menerimanya.

"Oh... jadi mama Covid juga ya?..." katanya pelan karena memang sudah beberapa hari sesak dan lemas.

"Iya..." jawabku. "Mama engga takut, kan?"

"Enggak," jawabnya. "Mama mah pasrah," lanjutnya lagi.

"Sipp," kataku. "Kita sama-sama berjuang ya, ma. Mama berjuang, Anggi juga berjuang."

Tak lupa kugenggam tangannya. Tangan orang yang terdeteksi positif dan anaknya yang negatif. Hanya bermasker. Tak ada jarak. Tak ada APD. Tapi ada kasih sayang yang terpancar dan dibagikan -- dan, setelah sekarang flashback, sepertinya itu salah satu titik start yang penting bagi kami sebelum semua kegentingan di hari-hari selanjutnya.

Dia pun menjawab dengan senyum. Lalu badannya bersandar lagi ke kepala tempat tidur.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas