Survei: 34,33 Persen Warga Belum Mau Divaksinasi Covid-19 karena Proses yang Rumit
Survei Pandangan Masyarakat tentang Vaksinasi Covid-19 mendapati, masih ada keengganan warga untuk vaksinasi Covid-19 dengan alasan proses yang rumit
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Survei Pandangan Masyarakat tentang Vaksinasi Covid-19 mendapati, masih ada keengganan warga untuk vaksinasi Covid-19 dengan alasan proses yang rumit.
Sebanyak 1.130 atau 13,6 persen responden belum tapi ingin divaksinasi, dengan alasan utama proses mendapatkan vaksin rumit, antriannya panjang dan ramai sebanyak 34,33 persen.
Kemudian disusul dengan alasan 17,9 persen dari mereka tidak mengetahui harus pergi ke mana untuk mendaftar.
"Serta alasan 15,9 persen mengaku kehabisan antrian dan kuota vaksin," ujar Manajer Riset Katadata Insight Center (KIC), Vivi Zabkie dalam diskusi virtual Rabu (15/9/2021).
Vivi memaparkan, dari 1.130 responden yang bersedia namun belum divaksinasi, 26,2 persen dari mereka menyebutkan tidak tahu cara mendapatkan vaksin.
Mayoritas dari kelompok ini berharap agar informasi tentang vaksinasi muncul di kanal yang bersifat langsung dan dekat dengan lingkungan mereka, seperti pengumuman dari ketua RT/RW (60,5 persen), disusul kanal informasi publik non pemerintah (50,8 persen).
Baca juga: Jokowi Tinjau Vaksinasi Door to Door pada 30 Ribu Masyarakat Aceh
Change.org Indonesia bersama KawalCovid19 dan Katadata Insight Center melakukan survei pada 6-21 Agustus 2021 secara online ke seluruh Indonesia dengan melibatkan 8.299 responden menggunakan metode convenience sampling.
Hadir dikesempatan yang sama Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi, MEpid mengatakan, terkait dengan strategi komunikasi, selain informasi resmi dari jubir pemerintah di setiap tingkat), tim satgas di tingkat yang lebih rendah (kabupaten / kota) yang dibentuk juga punya strategi komunikasi.
Mereka juga mendapatkan pelatihan daring secara berkala mengenai penanganan Covid-19.
" Ada yang jalan, tapi ada juga yang tidak jalan. Strategi komunikasi yang sudah dibuat sebenarnya sudah sangat komprehensif, termasuk penanganan untuk mis- dan disinformasi," ungkapnya.
Ia mengatakan, masyarakat urban banyak diedukasi lewat medsos dan media cetak / media nasional.
Namun, media lain (seperti RRI dan TVRI) juga masih dilibatkan, serta Kominfo.
Di bidang promosi kesehatan, khususnya di tim Satgas, mereka tidak menggunakan media elektronik, tapi penyuluh konvensional seperti tokoh agama, tokoh masyarakat untuk diajak menyebarkan informasi mengenai Covid-19 dan vaksinasi.