Dokter Afrika Selatan yang Temukan Kasus Omicron Jelaskan Gejala Varian Ini, Lelah dan Nyeri Tubuh
Orang yang terinfeksi varian baru virus corona (Covid-19) 'Omicron' menunjukkan 'gejala yang tidak biasa' dan agak berbeda dari varian Delta.
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JOHANNESBURG - Orang yang terinfeksi varian baru virus corona (Covid-19) 'Omicron' menunjukkan 'gejala yang tidak biasa' dan agak berbeda dari varian Delta.
Pernyataan ini disampaikan seorang dokter Afrika Selatan, salah satu orang yang pertama menemukan varian ini.
"Pasien Covid yang terinfeksi varian baru ini mulai muncul sekitar 18 November," kata Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, Dr. Angelique Coetzee pada hari Minggu lalu.
Baca juga: Afrika Selatan Kacau, Dampak Pembatalan Penerbangan karena Varian Omicron
Baca juga: Pakar Kesehatan: Segera Vaksinasi untuk Antisipasi Penularan Varian Omicron
Pasien pertama merupakan seorang laki-laki berusia sekitar 30-an.
"Ia mengaku 'sangat lelah' selama beberapa hari dan juga merasa nyeri tubuh dan sedikit sakit kepala," jelas Dr. Coetzee.
Kendati demikian, pasien tidak menunjukkan gejala yang biasanya terkait dengan Delta atau varian sebelumnya, seperti batuk atau kehilangan indera pengecap atau penciuman.
"Hanya merasa 'tenggorokannya gatal' bukan sakit," papar Dr. Coetzee.
Dikutip dari laman Russia Today, Selasa (30/11/2021), Dr. Coetzee mengatakan bahwa rekan-rekannya melaporkan kasus serupa dari pasien yang terinfeksi strain Omicron.
Semua pasien itu mengalami apa yang disebutnya sebagai 'gejala yang sangat ringan'.
Ia juga menyampaikan bahwa yang ia ketahui, tidak ada pasien yang terinfeksi Omicron yang dirawat di rumah sakit.
Pengamatannya itu sebagian dikonfirmasi oleh seorang Ahli Virologi dan Kepala Komite Penasihat Menteri Afrika Selatan untuk vaksin Covid-19, Profesor Barry Schoub.
"Sejauh ini, kasusnya cukup ringan, kami juga memiliki program pengawasan rumah sakit di sini dan belum menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kasus rawat inap," kata Prof Schoub pada hari Minggu lalu.
Ia menyampaikan bahwa seluruh kasus Omicron yang tercatat sejauh ini menunjukkan gejala 'ringan hingga sedang'.
"Namun ini adalah 'hari-hari awal' dan kita harus menunggu serta melihat untuk lebih memahami bahaya nyata yang ditimbulkan oleh strain baru ini," tegas Prof Schoub.
Prof Schoub juga mengakui bahwa varian ini menyebar 'sangat cepat' dan jumlah kasus Omicron yang dilaporkan di Afrika Selatan meningkat dari sebelumnya hanya di bawah 300 kasus baru sehari menjadi lebih dari 3.200 hanya dalam sehari selama sekitar 10 hari.
Varian Omicron yang diidentifikasi kali pertama di Afrika Selatan ini telah menyebar ke luar kawasan, dengan kasus ditemukan di beberapa negara Eropa terkait dengan pelancong yang datang dari Afrika Selatan.
Penemuan strain tersebut pun memicu gelombang tindakan respons internasional, termasuk pembatasan penerbangan dan perjalanan.
Jepang, Israel dan Maroko bahkan melarang semua pelancong asing, sedangkan Australia menunda pembukaan kembali perbatasannya selama dua pekan ke depan.