Tangis Bahagia Kai Mardeka, Penyadap Karet Tunanetra dari Barito Utara Bisa Naik Haji
Namanya Mardeka bin Bidulan Imran. Pria berusia 79 tahun ini tak mampu menutupi rasa harunya bisa sampai ke Tanah Suci dengan sehat meski tunanetra.
Penulis: Anita K Wardhani
"Meski tak melihat, bapak Mardeka seperti merasakan jaraknya ke Kakbah jauh, tapi beliau tak protes, meski terdiam sejenak. Namun beliau tetap berdoa khusyu dari lantai 3 tempat kami tawaf naik skuter," kata Halik, Ketua rombongan Mardeka.
Lantas, doa apa yang dipanjatkan Kai Mardeka di depan Kakbah?
"Aku berdoa, minta diberikan kekuatan.. kesehatan selama di taanh suci.
Aku mendokan semua keluarga, anak-anakku, cucuku dan orang-orang yang sudah baik padaku bisa dipanggil diberi rezeki yang banyak bisa ke tanah suci," kata Mardeka.
Usai berdoa, Mardika paham jika usia dan kondisinya tak bisa bohong, hingga ia minta tahalalul saat mau putaran ketiga tawaf.
"Jadi memang dari awal niat tawaf untuk orang sakit. Saat itu beliau merasa ada halangan karena prostat yang dialaminya, hingga selepas tawaf ketiga sudah minta tahalulu," kata Halik.
Mardeka pun masih tetap diajak menjalani proses sai dari bukit Shafa ke Marwa.
Ketua Kloter BDJ-03, Abdul Majid Rahim mengatakan pelayanan memang sudah diatur dalam juknis pelayanan jemaah lansia dan disabilitas.
"Mulai pelayanan ibadah, koordinasi sektor juga petugas medis dan akomodasi.Secara medis dan pendamping semua sudah diatur,' kata Kepala Kmeenag Kabupaten Barito Utara ini.
Makna Nama Mardeka dan Hari Proklamasi Kemedekaan RI 1945
Asda kisah lain di balik keharuian Mardeka naik haji. Nama Mardeka ternyata tak jauh dari kata Merdeka.
Sang ayah yang pejuang ternyata sengaja menamakan pria bertubuh tinggi ini demgan nama Mardeka untuk memaknsai Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Ya, Mardeka dilahirkan di hari yang sama saat proklamasi 17 Agustus 1945 dibacakan. Beberapa jam sebelumnya, ia lahir, tepatnya saat jam 5 subuh.
Mardeka pun tumbuh dan besar layaknya anak sebayanya hingga kemudian ia menikah dan menjadi kakek dan buyut sekarang ini.
"Abah kami ni pelarian dari penjajah. Jadi saya lahir pas pagi subuh sebelum Hari proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945," kata Mardeka.
Penyuka sayur sulur kujang keladi dan kepala ikan telang mengenang perjalanan hidupnya.
"Pokoknya banyak bersyukur, badan bisa sehat, meski terbatas seperti ini," pungkasnya.