Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menyamar sebagai Pengkhotbah, Militan Bunuh 42 Orang

Sejumlah tersangka militan Islam berpura-pura menjadi para pengkhotbah yang kemudian mengumpulkan dan membunuh sedikitnya 42 warga desa di Nigeria

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Menyamar sebagai Pengkhotbah, Militan Bunuh 42 Orang
AFP
Kelompok Islamis radikal Boko Haram ingin mendirikan negara Islam di Nigeria. 

TRIBUNNEWS.COM, MAIDUGURI - Sejumlah tersangka militan Islam berpura-pura menjadi para pengkhotbah yang kemudian mengumpulkan dan membunuh sedikitnya 42 warga desa di Nigeria timur laut. Peristiwa itu terjadi saat pemberontakan semakin meningkat di daerah itu yang menyasar warga sipil.

Penembakan di pinggiran Kota Maiduguri, Rabu (4/6/2014) malam itu terjadi sehari setelah sejumlah pejabat mengatakan, pemberontak menewaskan puluhan orang di tiga tempat permukiman lain di negara bagian Borno, di mana kelompok militan Boko Haram pertama kali melancarkan kampanye untuk membangun sebuah kekhalifahan Islam.

Para penyerang itu, yang mengenakan seragam ala militer, masuk ke Desa Bardari. Mereka mengatakan kepada warga desa untuk berkumpul guna mendengarkan khotbah, tetapi kemudian melepaskan tembakan, kata seorang sumber polisi kepada kantor berita Reuters. "Pada waktu itu, orang-orang tidak bisa mengidentifikasi mereka sebagai teroris," tambah sumber tersebut.

Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. Namun, Boko Haram telah meningkatkan pemberontakan dan melancarkan serangan hampir setiap hari di wilayah tersebut sejak kelompok itu menjadi berita utama dunia pada April karena menculik lebih dari 200 siswi sekolah di bagian lain negara bagian itu. Penculikan massal itu, dan aksi balasan Boko Haram terhadap serangan militer, telah meningkatkan tekanan politik bagi Presiden Goodluck Jonathan, yang sering menghadapi aksi protes para aktivis terkait tanggapannya yang lamban atas penculikan tersebut.

Jonathan telah mendapat bantuan Amerika Serikat dan sejumlah kekuatan asing lainnya yang khawatir akan prospek kekacauan lanjutan di negara Afrika yang punya ekonomi hebat dan menjadi produsen minyak terbesar itu. Dunia internasional juga cemas dengan potensi dampak bagi kawasan sekitar yang rapuh. Negara bagian Borno itu berbatasan dengan Niger, Chad, dan Kamerun.

Setelah penembakan pada Rabu malam itu, kaum militan kemudian meninggalkan tempat itu, menyeberangi sungai, dan membakar rumah-rumah di desa tetangga Kayamla, kata sumber polisi itu.

"Boko Haram mendatangkan malapetaka di desa-desa. Mereka membakar rumah-rumah dan membunuh orang tanpa ampun setelah menipu warga," kata Saleh Mohammed, anggota JTF Sipil, salah satu dari sejumlah kelompok milisi sipil yang bermunculan untuk melawan Boko Haram. Mohammed, yang mengunjungi lokasi tersebut Kamis, mengatakan, para korban selamat mengatakan kepadanya bahwa para penyerang berpura-pura menjadi pengkhotbah keliling.

Berita Rekomendasi

Kelompok-kelompok perlawanan sipil menghadapi serangan balasan yang diduga telah dilakukan Boko Haram. Kelompok itu pada awal gerakannya memusatkan serangan hanya pada sasaran militer dan pemerintah.

Boko Haram tidak punya jalur komunikasi langsung dengan pers Barat dan pemimpinnya, Abubakar Shekau, hanya kadang-kadang mengklaim serangan melalui video yang diedarkan ke wartawan lokal.

Jonathan dan militer mengatakan mereka sedang melakukan semua yang mereka bisa untuk melepaskan para siswi yang diculik, tetapi telah memperingatkan bahwa setiap upaya untuk membebaskan mereka dengan kekuatan militer bisa menempatkan para gadis itu dalam bahaya. Sementara itu, setiap kesepakatan atau pertukaran tahanan bisa mendorong lebih banyak penculikan.

Menteri Luar Negeri Inggris William Hague akan menjadi tuan rumah pertemuan para pejabat Afrika dan Barat di London pada pekan depan yang bertujuan untuk meningkatkan upaya guna melumpuhkan Boko Haram, kata kantor Hague, Kamis.

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas