TRIBUNNEWS.COM, TAIWAN - Sulit dibayangkan jika Taipei 101, gedung pencakar langit tertinggi kesembilan di dunia yang berada di Taiwan, dan menjadi landmark, hancur diserang kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS.

Terang saja informasi tersebut langsung ditindaklanjuti secara serius Pemerintahan Taiwan setelah mengetahui sebuah postingan Twitter yang menunjukkan foto Taipei 101 tengah terbakar.

Sebagai langkah antisipatif, pihak berwenang Taiwan mendesak masyarakat untuk tidak panik. Saat ini pemerintah setempat berusaha memverifikasi keaslian foto tersebut, seperti dilansir Focus Taiwan, Kamis (26/2/2015).

Dalam sebuah konferensi pers, Perdana Menteri Taiwan Mao Chih-kuo mengatakan pemerintah memiliki mekanisme untuk merespon informasi tersebut dan akan terus menyelidiki masalah ini.

Terpisah, juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional Mayjen Luo Shou-he mengatakan pihak militer telah melihat latar belakang foto dan motif di balik posting foto tersebut. Sejak postingan foto tersebut, unit antiterorisme dari militer dikerahkan untuk mengamankan negara dalam situasi nyata.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Anna Kao menanggapi rumor ini, memastikan semua kantor perwakilan Taiwan di sejumlah negara akan terus memantau perkembangannya.

Menurutnya, Kementerian juga telah meminta kantor perwakilan negara di luar negeri untuk tetap waspada. Selain itu, Kementerian akan terus mengupdate peringatan bepergian sejalan dengan perkembangan di negara-negara lain.

Untuk menghindari hal terburuk, Kepolisian Taipei akan lebih mengerahkan petugas untuk meningkatkan patroli sekitar 509 meter dari tower Taipei 101.

Dalam sebuah postingan Twitter # FreeShamiWitness @KhilafahTimes tertanggal 24 Februari tertulis ancaman yang berbunyi, "Ketika Negara Islam menyerang kota Anda tentu tidak menyenangkan. Dengan izin Allah hari itu sudah mendekat."

Foto tersebut diposting setelah Taiwan bergabung dengan Koalisi Global Melawan Negara Islam Irak dan Suriah, dan memberikan bantuan kemanusiaan kepada pengungsi akibat serangan ISIS.

Lebih dari 60 negara telah bergabung dengan koalisi pimpinan Amerika, termasuk Jepang, Perancis dan Inggris. Koalisi ini berupaya mengalahkan sepak terjang ISIS dan terlibat memberikan bantuan kemanusiaan untuk pengungsi di wilayah tersebut.