Trump Kutuk Teror Barcelona dengan Cerita Palsu 'Bunuh Teroris dengan Peluru Darah Babi'
Pihak berwenang Spanyol menyebut insiden yang terjadi Kamis (17/8/2017) itu sebagai serangan teror.
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Presiden AS Donald Trump mengutuk serangan di Barcelona, Spanyol, dengan cerita palsu soal menggunakan peluru darah babi untuk membunuh teroris.
Sebanyak 13 orang tewas dan 100 orang terluka setelah sebuah van menabrak kerumunan orang di kawasan padat wisatawan Las Ramblas, Barcelona.
Pihak berwenang Spanyol menyebut insiden yang terjadi Kamis (17/8/2017) itu sebagai serangan teror.
Trump mengecam insiden tersebut melalui sebuah cuitan di Twitter pada Kamis.
"AS mengecam serangan teror di Barcelona, Spanyol, dan akan melakukan apapun jika dibutuhkan untuk membantu." tulis Trump.
"Tetaplah tegar dan kuat. Kami mencintai kalian!," lanjutnya.
Sekitar 45 menit kemudian, Trump kembali mencuit dan menyarankan agar publik mempelajari apa yang dilakukan jenderal tersohor AS, John Pershing, untuk menangani teroris pada 1911.
Menurut Trump, Pershing pernah menembak mati 49 teroris Moro, penduduk muslim di Filipina, menggunakan peluru berlumur darah babi.
Jenazah mereka lalu dibungkus menggunakan kulit babi dan dikubur bersama sejumlah bangkai babi.
Katanya, setelah 49 teroris itu dibunuh, Pershing melepas teroris ke-50 yang sempat ditangkap, agar teroris itu tetap hidup untuk menceritakan peristiwa itu.
"Coba pelajari apa yang Jenderal Pershing dari AS lakukan pada teroris-teroris yang ditangkap," cuit Trump.
"Gara-gara itu, tidak ada lagi aksi teror radikal sampai 35 tahun!," sambungnya.
Padahal, menurut sejumlah sejarawan, cerita itu hanya mitos palsu yang tidak ada bukti bahwa itu benar-benar pernah terjadi.
Jika memang benar terjadi, sejarawan pun tidak meyakini bahwa Pershing benar-benar terlibat melakukan hal itu.
Ini bukan pertama kali Trump mengklaim cerita palsu tersebut.
Sebelumnya, Trump pernah menyampaikan cerita yang sama semasa kampanye, saat ia membahas soal terorisme.
Bedanya, Trump saat itu mengatakan bahwa gara-gara apa yang dilakukan Jenderal Pershing, tidak ada aksi teror radikal sampai 25 tahun, bukan 35 tahun. (Independent/Vanity Fair).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.