Badan Meteorologi Jepang Pasang 300 Pendeteksi Sensitif Antisipasi Gempa Bumi
Badan Meteorologi Jepang memasang sedikitnya 300 pendeteksi sensitif di berbagai lokasi di Jepang untuk mendeteksi gempa bumi di seluruh lokasi.
Editor: Dewi Agustina
![Badan Meteorologi Jepang Pasang 300 Pendeteksi Sensitif Antisipasi Gempa Bumi](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/pimpinan-japan-meteorological-agency-jma_20181018_072512.jpg)
Ikeda juga mengakui untuk pendeteksi tsunami yang ditaruh di lautan guna mengetahui ketinggian air dan datangnya tsunami, sempat terjadi kasus pencurian alat tersebut di Jepang.
"Tapi setelah ketahuan ternyata pencurinya hanya ingin tahu saja isi dalam dari alat pendeteksi tersebut, bukan untuk dijual kiloan dan sebagainya," ujar dia.
Data gempa bumi yang diperoleh JMA dari sumber asalnya hanya satu detik saja diterima lalu 2 menit kemudian dapat kejelasan yang detil mengenai lokasi gempa kekuatan dan sebagainya.
Secara otomatis JMA juga melihat kemungkinan tsunami dalam kurun waktu dua tiga menit tersebut yang kemudian mengeluarkan data langsung ke masyarakat lewat berbagai saluran dan aplikasi serta internet.
"Dengan kecepatan informasi ke masyarakat diharapkan dalam waktu sekitar 3 menit sampai 5 menit masyarakat ada waktu untuk menghindar ke tempat aman dan apabila tsunami ke lokasi yang lebih tinggi," tambahnya.
Baca: Ustaz Bustami Dipecat Yayasan, Ratusan Santri di Langsa Barat Mengamuk
Pemberitahuan ke masyarakat biasanya kalau kekuatan gempa bumi mencapai 4 SR, karena skala 1 sampai 3SR dianggap masih aman di Jepang tidak menimbulkan kerugian apa pun.
Setelah gempa berkekuatan 4 SR atau mendekati 4 SR maka langsung diumumkan ke berbagai saluran di masyarakat.
Kalau sudah lebih dari 6 SR biasanya langsung juga masauk secara otomatis ke ponsel setiap warga yang ada di Jepang khususnya ponsel yang berfungsi di Jepang.
"Kalau ponsel luar negeri dan tak bisa dipakai di Jepang mungkin tanda bahaya itu tidak akan muncul di ponsel tersebut," ungkap Ikeda.
Belum lama ini 6 September 2018 ketika gempa bumi menghantam Hokkaido cukup besar dengan kekuatan 6,7 SR, ponsel Tribunnews.com otomatis berbunyi sangat kencang "Jishin desu" (Gempa) sebanyak tiga kali.
![Para pimpinan Japan Meteorological Agency (JMA) berfoto bersama di kantornya.](http://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/pimpinan-japan-meteorological-agency-jma-_1_20181018_072541.jpg)
Di manner mode (silent) sekali pun dini hari pagi ponsel itu tetap berbunyi sangat kencang.
Inilah sistem peringatan diri (EEW) bencana alam di Jepang selama ini.
Penyiaran bencana alam, baik gempa bumi, tsunami dan sebagainya merupakan keharusan bagi NHK yang sahamnya mayoritas dimiliki pemerintah Jepang.
"Kalau televisi swasta lain itu tergantung keputusan mereka sendiri, tetapi umumnya semua langsung berlangganan data bencana ke bagian pelayanan JMA. Sehingga data bencana alam segera dapat mereka akses dan bisa disiarkan ke semua televisi atau media swasta lainnya juga," ujarnya.
Lalu bagaimana kerja di dalam JMA sendiri untuk menjaga semua sumber data bencana alam yang tiba bisa datang setiap waktu?
Baca: Iswandi Pasrah saat Lumpur Menyedot Rumahnya: Kalau Allah Mau Cabut Nyawa, Saya Ikhlas